Warga Babakan Konsumsi Air Keruh Dan Berbau Amis

11 August 2023

Percaya atau tidak jika di zaman modern yang segala sesuatu bisa kita dapatkan, masih banyak saudara kita yang kesulitan dalam perihal air bersih. Mungkin untuk kita yang setiap harinya mudah mendapatkan air bersih, masih merasa tak percaya jika ada saudara kita yang kesulitan mendapat air bersih.

 

Namun nyatanya, masih banyak saudara kita yang harus menggunakan air keruh, asin, kuning, dan berbau anyir karena kurangnya air bersih. Bayangkan harus hidup dengan air keruh dan berbau anyir selama bertahun tahun. Pastinya terasa tidak nyaman dan juga membahayakan kesehatan tubuh bagi orang yang mengkonsumsinya. Keadaan itulah yang harus dirasakan oleh warga Desa Sukatenang, Kecamatan Sukawangi, Bekasi, Jawa Barat. 

 

Menurut informasi dari warga setempat, kekeringan dan kesulitan air bersih di wilayah ini sudah mereka alami sejak tahun 1980-an. Tapi kepedulian terhadap masalah ini, khususnya air di musim kemarau dimulai sejak tahun 2017.

 

"Mulai 2017 kita mulai prihatin sama kondisi warga disini. Mereka rela ngantri di tempat yang cukup jauh dan menggunakan air yang kurang layak. Dari situ mulai kesadaran kita untuk mencari solusi. Ketika puncak musim kemarau biasanya warga ada yang pakai gerobak ada yang pake karung.” Jelas Pak Agus Suharyadi selaku salah satu penggerak lingkungan di Babelan, Bekasi.

Saat kekeringan datang, maka sumur para warga pun turut menyusut. Kondisi ini membuat air yang tersisa berubah warna menjadi keruh dan beraroma anyir. Namun warga tetap memanfaatkan air tersebut untuk kebutuhan mencuci dan terkadang untuk mandi. Memasuki musim kemarau juga berpengaruh terhadap hasil pertanian warga. Tanaman yang mulai kekurangan air, sehingga menyebabkan tanaman menjadi kurang produktif, hasil sayur seperti terong lebih kecil dan juga daun bayam yang sedikit.

 

Saat tim kami berkunjung dan mengecek air keruh seperti yang diceritakan para warga, memang betul air yang ada disana berwarna kuning keruh. Tak hanya itu, kami pun menemukan seorang ibu yang mencuci beras dengan air berwarna kuning itu. Namun beras tersebut bukannya berubah warna menjadi kuning, melainkan berubah menjadi warna biru.

 

Begitulah kondisi memilukan warga desa Babakan. Akankah kondisi ini terus mereka derita, dan kita hanya berpangku tangan?

 

TemanPeduli, bayangkan sebanyak apa penyakit yang akan mengancam kesehatan saudara kita yang ada di desa Babakan hanya karena kurangnya air bersih. ASAR Humanity mengajak kamu untuk bergandeng tangan demi mengakhiri krisis air bersih yang mengancam saudara kita disana.

 

Yuk bantu, segera sisihkan rezeki terbaikmu supaya aliran air bersih bisa memenuhi desa Babakan.


Belum ada update
Dana terkumpul

Rp 0

dari target Rp 40.000.000

 
  • 0
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Campaign telah berakhir/selesai
ASAR Humanity
Donasi
Ayobantu Indonesia
AyoBantu Galang Dana

Jadi fundraiser untuk campaign ini

Gabung

Warga Babakan Konsumsi Air Keruh Dan Berbau Amis

Sosial
Dana terkumpul

Rp 0

 
Target: Rp Rp 40.000.000
  • 0
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Selesai
Campaign telah berakhir/selesai
11 August 2023

Percaya atau tidak jika di zaman modern yang segala sesuatu bisa kita dapatkan, masih banyak saudara kita yang kesulitan dalam perihal air bersih. Mungkin untuk kita yang setiap harinya mudah mendapatkan air bersih, masih merasa tak percaya jika ada saudara kita yang kesulitan mendapat air bersih.

 

Namun nyatanya, masih banyak saudara kita yang harus menggunakan air keruh, asin, kuning, dan berbau anyir karena kurangnya air bersih. Bayangkan harus hidup dengan air keruh dan berbau anyir selama bertahun tahun. Pastinya terasa tidak nyaman dan juga membahayakan kesehatan tubuh bagi orang yang mengkonsumsinya. Keadaan itulah yang harus dirasakan oleh warga Desa Sukatenang, Kecamatan Sukawangi, Bekasi, Jawa Barat. 

 

Menurut informasi dari warga setempat, kekeringan dan kesulitan air bersih di wilayah ini sudah mereka alami sejak tahun 1980-an. Tapi kepedulian terhadap masalah ini, khususnya air di musim kemarau dimulai sejak tahun 2017.

 

"Mulai 2017 kita mulai prihatin sama kondisi warga disini. Mereka rela ngantri di tempat yang cukup jauh dan menggunakan air yang kurang layak. Dari situ mulai kesadaran kita untuk mencari solusi. Ketika puncak musim kemarau biasanya warga ada yang pakai gerobak ada yang pake karung.” Jelas Pak Agus Suharyadi selaku salah satu penggerak lingkungan di Babelan, Bekasi.

Saat kekeringan datang, maka sumur para warga pun turut menyusut. Kondisi ini membuat air yang tersisa berubah warna menjadi keruh dan beraroma anyir. Namun warga tetap memanfaatkan air tersebut untuk kebutuhan mencuci dan terkadang untuk mandi. Memasuki musim kemarau juga berpengaruh terhadap hasil pertanian warga. Tanaman yang mulai kekurangan air, sehingga menyebabkan tanaman menjadi kurang produktif, hasil sayur seperti terong lebih kecil dan juga daun bayam yang sedikit.

 

Saat tim kami berkunjung dan mengecek air keruh seperti yang diceritakan para warga, memang betul air yang ada disana berwarna kuning keruh. Tak hanya itu, kami pun menemukan seorang ibu yang mencuci beras dengan air berwarna kuning itu. Namun beras tersebut bukannya berubah warna menjadi kuning, melainkan berubah menjadi warna biru.

 

Begitulah kondisi memilukan warga desa Babakan. Akankah kondisi ini terus mereka derita, dan kita hanya berpangku tangan?

 

TemanPeduli, bayangkan sebanyak apa penyakit yang akan mengancam kesehatan saudara kita yang ada di desa Babakan hanya karena kurangnya air bersih. ASAR Humanity mengajak kamu untuk bergandeng tangan demi mengakhiri krisis air bersih yang mengancam saudara kita disana.

 

Yuk bantu, segera sisihkan rezeki terbaikmu supaya aliran air bersih bisa memenuhi desa Babakan.



Belum ada update

Harapan #TemanPeduli
Fundraiser
Gabung
Kamu juga bisa bantu:
@toastr_render