Peluh di dahi pak Hamrizal seorang montir di bengkel motor terus mengucur pertanda siang itu ia sudah bekerja keras. Hari masih panjang, tapi baru ada 3 pelanggan siang ini yang ia layani. Kalau boleh jujur, perut Bapak dari dua anak ini sudah lapar dan berusaha menahan dahaga, badannya juga sudah minta beristirahat. Ia sudah memulai harinya sedari subuh jam 6 pagi untuk berangkat ke bengkel di Jl. Ibrahim Adjie dengan harapan pelanggan hari ini ramai, nampaknya nasib baik belum berpihak pada Pak Hamrizal.

Tapi, Pak Hamrizal pantang pulang sebelum ia membawa rezeki, ia juga ingin menabung untuk biaya pengobatan istri tercinta yang sedang menderita tumor otak, serta biaya untuk anak bungsunya, Kekey yang berkebutuhan khusus.

Ibu Herna, istri Pak Hamrizal divonis dokter mengalami penyakit Malignant Neoplasm of Brain (Tumor Otak), ia sebelumnya juga mengalami 2 kali stroke pada tahun 2016. Penyakit Tumor Otak ini baru diketahui pada bulan Juli 2022. saat itu mulut ibu Herna mencong, kemudian ia dibawa ke RS Santo Yusuf dan didiagnosa Bell’s Palsy, namun seminggu setelah berobat tidak ada perubahan malah menjadi parah. Ibu Herna dibawa lagi ke RS Humana, setelah melakukan pemeriksaan di RS Humana bu Herna di rujuk ke RS Santosa. Di RS Santosa dilakukan pemeriksaan MRA, dan diketahui bu Herna memiliki tumor pada otaknya, tumor ini terletak di bawah otak. Menurut dokter penyakit seperti ini sangat jarang.

Bagaikan tersambar petir di siang bolong, Pak Hamrizal tidak tahu darimana bisa mendapatkan uang untuk mengobati istrinya. Pak Hamrizal hanya bekerja sebagai montir di bengkel orang dengan penghasilan yang tidak menentu yaitu 800 ribub sampai 1 juta rupiah perbulannya. Selain itu Pak Hamrizal juga harus memenuhi kebutuhan anak bungsunya yang berkebutuhan khusus.

Kabar kurang baiknya tidak hanya itu saja, selang beberapa hari pemilik kontrakan meminta untuk pak Hamrizal mengosongkan rumahnya. karena tunggakan beberapa bulan yang belum ia bayarkan. Uang yang ia tabung berbulan-bulan terpaksa dibayarkan untuk kontrakan tersebut. Semenjak Istrinya sakit, Kekey anak bungsunya terpaksa harus berhenti sekolah sementara, karena tidak ada yang bisa mengantarkannya ke sekolah. 

Sementara anak sulung Pak Hamrizal bernama Arya Nur Ananda Putra saat ini ia sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas di Bandung. Ia memaksakan untuk kuliah agar bisa merubah keadaan keluarganya saat ini dan ia berharap mendapatkan beasiswa.

“Harapan saya cuma satu, saya cuma ingin segera sembuh, ingin bisa mengabdi lagi kepada suami dan bisa mengurus anak-anak kembali, apalagi anak kedua saya berkebutuhan khusus dan perlu perhatian lebih” ujar bu Herna.

Saat ini penyakit Tumor yang diderita bu Herna sudah melebar ke bagian mata, sehingga matanya harus ditutup karena double focus, sehingga badanya tidak seimbang. Pak Hamrizal tidak mampu lagi membawa istrinya berobat karena sudah tidak punya uang lagi dan hanya menunggu keajaiban dari tuhan.

“Apakah Istri saya bisa sembuh? apakah bisa selamat? apakah ia harus merasakan sakit terus? Ya Allah….. berikanlah pertolonganmu untuk kesembuhan dan keselamatan Istri saya…” – Pak Hamrizal.

Mendengar perjuangan Pak Hamrizal dan semangat Ibu Herna yang ingin segera sembuh, kami mengajak sahabat semua untuk memberikan ulurkan tangan dengan mendoa’kan dan ikut berpartisipasi untuk kesembuhan ibu Herna, agar kondisi kesehatanya dapat pulih kembali dan bisa beraktifitas seperti sedia kala.