Nyatanya Masih Banyak Anak-Anak Pelosok Belajar Dengan Sarana Yang Kurang.
Proses belajar para anak-anak yang ada di pelosok negeri masih terhambat karena fasilitas pendidikan yang serba terbatas dan jauh memenuhi standar. Lalu bagaimana mereka bisa belajar dengan nyaman, bila perlengkapan belajar saja tidak dimiliki? Atau mungkin mereka memang masih memiliki beberapa peralatan belajar, tetapi kondisinya sudah rusak, sehingga sulit untuk digunakan.
Masih banyak rumah belajar dengan kondisi yang kurang layak huni dan bangunan yang sudah hampir roboh, atap yang bolong, serta kerusakan parah lainnya. Masalah mendesak ini tentunya akan mempengaruhi kelancaran kegiatan harian anak-anak yang belajar disana.
Sama dengan kebutuhan pokok sehari-hari, memiliki alat tulis yang utuh dan lengkap pun bagi anak-anak sekolah jadi hal yang utama dan penting. Kebanyakan mereka masih memakai alat tulis dan perlengkapan sekolah yang sudah lama dan tidak diganti-ganti apalagi ketika habis. Membeli terasa berat karena harus memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari juga.
Salah satunya di Dusun Waipot, Desa Wakal, Kec. Leihitu, Kab. Maluku Tengah, Maluku. Anak-anak disini kebanyakan berasal dari keluarga prasejahtera dengan penghasilan tergantung dari hasil kebun. Karena letak dusun yang jauh dari desa induk membuat masyarakat di dusun Waipot tertinggal dari kata sejahtera. Jaringan internet dan telepon yang sangat sulit hingga ketersediaan air bersih yang langka dan fasilitas air yang terbatas.
Karena berada dalam kondisi keuangan yang rendah, anak-anak yang berada di lingkungan tersebut tak memiliki tempat yang layak untuk belajar baik pembelajaran umum maupun mengaji. Untuk saat ini, anak-anak belajar di rumah guru ngaji karena tempat mengaji yang sangat terbatas. Rumahnya pun tak layak untuk ditempati, namun karena fasilitas yang terbatas mereka harus memaksimalkan potensi yang ada.
dari target Rp 50.000.000
Nyatanya Masih Banyak Anak-Anak Pelosok Belajar Dengan Sarana Yang Kurang.
Proses belajar para anak-anak yang ada di pelosok negeri masih terhambat karena fasilitas pendidikan yang serba terbatas dan jauh memenuhi standar. Lalu bagaimana mereka bisa belajar dengan nyaman, bila perlengkapan belajar saja tidak dimiliki? Atau mungkin mereka memang masih memiliki beberapa peralatan belajar, tetapi kondisinya sudah rusak, sehingga sulit untuk digunakan.
Masih banyak rumah belajar dengan kondisi yang kurang layak huni dan bangunan yang sudah hampir roboh, atap yang bolong, serta kerusakan parah lainnya. Masalah mendesak ini tentunya akan mempengaruhi kelancaran kegiatan harian anak-anak yang belajar disana.
Sama dengan kebutuhan pokok sehari-hari, memiliki alat tulis yang utuh dan lengkap pun bagi anak-anak sekolah jadi hal yang utama dan penting. Kebanyakan mereka masih memakai alat tulis dan perlengkapan sekolah yang sudah lama dan tidak diganti-ganti apalagi ketika habis. Membeli terasa berat karena harus memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari juga.
Salah satunya di Dusun Waipot, Desa Wakal, Kec. Leihitu, Kab. Maluku Tengah, Maluku. Anak-anak disini kebanyakan berasal dari keluarga prasejahtera dengan penghasilan tergantung dari hasil kebun. Karena letak dusun yang jauh dari desa induk membuat masyarakat di dusun Waipot tertinggal dari kata sejahtera. Jaringan internet dan telepon yang sangat sulit hingga ketersediaan air bersih yang langka dan fasilitas air yang terbatas.
Karena berada dalam kondisi keuangan yang rendah, anak-anak yang berada di lingkungan tersebut tak memiliki tempat yang layak untuk belajar baik pembelajaran umum maupun mengaji. Untuk saat ini, anak-anak belajar di rumah guru ngaji karena tempat mengaji yang sangat terbatas. Rumahnya pun tak layak untuk ditempati, namun karena fasilitas yang terbatas mereka harus memaksimalkan potensi yang ada.
Bagikan tautan ke media sosial