Ratusan pejuang penyakit langka dari pelosok terancam Terlantar di Kota besar
Ratusan pejuang penyakit langka dari pelosok terjebak di Kota besar. biaya pengobatan menjadi beban terberat buat mereka sehingga mereka rela tak makan dan luntang lantung di jalan.
Salah satu kesulitan yang di hadapi pasien langka ini adalah mobilitas. Pengobatan yang rutin dan jarak rumah ke rumah sakit menyulitkan pasien untuk menjalani pengobatan. Yayasan SAPA Tasikmalaya, menyediakan rumah singgah Galunggung, bertempat di Jl. Sukaati No.4, Sukabungah, Kec. Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat. Rumah singgah yang ada saat ini hanya bisa menampung Sekitar 13 pasien dari berbagai kampung yang tidak mampu. Di tempat ini pasien dan keluarganya bisa tinggal selama menjalani pengobatan, akan tetapi kekhawatiran menjumpai kita karena Rumah Singgah satu-satunya tempat untuk bernaung meraka akan di gusur, mereka terancam terlantar.
Digotong dengan tandu dari kayu, pejuang penyakit langka ini dipindahkan ke mobil bak terbuka beralaskan terpal. Puluhan kilometer ditempuh menuju rumah sakit. Mereka harus tahan sakit akibat guncangan dan dinginnya angin malam.
Tanpa bekal uang di kantong. Mengandalkan jaminan kesehatan yang tak akan mengcover biaya hidup selama berobat. Relawan SAPA Tasikmalaya, meski tak punya tempat dan hanya menumpang di rumah singgah Galunggung, berbaik hati menampung mereka secara gratis.
Pasien lainnya, Wahyu, kisahnya sangat menyayat hati. Selama 16 tahun, milayaran cacing bersarang di kakinya.
Bobot kaki Wahyu sudah capai 10 kg. Ia hanya bisa terbaring dan jika berjalan harus menahan sakit luar biasa. Setiap malam selepas shalat, Ia nangis memegang tangan renta Emaknya.
“Maafin aa mak. Masih sakit-sakitan, belom bisa kerja gantiin mamak. Maafin Wahyu..”
Kini mereka kembali nekat ke Bandung untuk berobat, namun uang tabungan dari hasil Emak jadii buruh tani dan Ibu jualan gula jawa yang untungnya hanya 5ribu/hari pun tak cukup. Akhirnya Wahyu dan orang tua terancam pulang ke kampung, kembali mengandalkan obat kampung untuk penyakit ganasnya.
Meski ketiganya bisa numpang di Rumah Singgah, namun Pandemi membuat kondisi semakin memprihatinkan. Donatur berkurang jauh, pasien membludak sampai ada yang tidak bisa ditampung hingga berakhir luntang lantung.
“Yang sakit Ya Allah, ratusan... Kami dananya terbatas. Ini tempat aja numpang sama Rumah singgah Galunggung.
Kadang-kadang yang ini udah makan, yang ini cuma ngeliatin. Kadang semua harus puasa itu yang kami miris.
Mau ke RS kadang lagi ngga ada mobil naik angkot, ojeg, atau mobil bak. Pada kepanasan, kehujanan.
Buat tidur juga gitu. Ada yang di kasur yang di tikar doang. Apa daya ini kemampuan kita…” Ujar salah seorang relawan
Parahnya lagi, satu-satunya tempat yang jadi tempat bernaung para pasien akan kena gusur di Awal Tahun. Mereka tak mampu lagi bayar sewa kontrak dan ratusan pasien binaan terancam terlantar!
Sedekah terbaik untuk membuka bulan penuh berkah ini adalah dengan membantu menyelamatkan para dhuafa yang sakit langka ini. Jika kamu mau membantu, caranya:
11. Klik "DONASI SEKARANG"
22. Masukkan nominal donasi
33. Pilih Metode Pembayaran (GOPAY, Transfer Bank, Virtual Account, Kartu Kredit)
Donasi dari kamu akan tepat sasaran digunakan untuk memenuhi fasilitas dan penunjang pengobatan seperti sewa rumah singgah, konsumsi, mobilitas, ambulans, nutrisi, dsb.
Ayo berikan sedekah terbaik atas nama orang tuamu dengan cara membantu mereka. Insya Allah, dengan 1 do’a anak dhuafa, tak akan terhenti pahala bagi kita dan kedua orang tua kita.
dari target Rp 80.000.000
Ratusan pejuang penyakit langka dari pelosok terancam Terlantar di Kota besar
Ratusan pejuang penyakit langka dari pelosok terjebak di Kota besar. biaya pengobatan menjadi beban terberat buat mereka sehingga mereka rela tak makan dan luntang lantung di jalan.
Salah satu kesulitan yang di hadapi pasien langka ini adalah mobilitas. Pengobatan yang rutin dan jarak rumah ke rumah sakit menyulitkan pasien untuk menjalani pengobatan. Yayasan SAPA Tasikmalaya, menyediakan rumah singgah Galunggung, bertempat di Jl. Sukaati No.4, Sukabungah, Kec. Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat. Rumah singgah yang ada saat ini hanya bisa menampung Sekitar 13 pasien dari berbagai kampung yang tidak mampu. Di tempat ini pasien dan keluarganya bisa tinggal selama menjalani pengobatan, akan tetapi kekhawatiran menjumpai kita karena Rumah Singgah satu-satunya tempat untuk bernaung meraka akan di gusur, mereka terancam terlantar.
Digotong dengan tandu dari kayu, pejuang penyakit langka ini dipindahkan ke mobil bak terbuka beralaskan terpal. Puluhan kilometer ditempuh menuju rumah sakit. Mereka harus tahan sakit akibat guncangan dan dinginnya angin malam.
Tanpa bekal uang di kantong. Mengandalkan jaminan kesehatan yang tak akan mengcover biaya hidup selama berobat. Relawan SAPA Tasikmalaya, meski tak punya tempat dan hanya menumpang di rumah singgah Galunggung, berbaik hati menampung mereka secara gratis.
Pasien lainnya, Wahyu, kisahnya sangat menyayat hati. Selama 16 tahun, milayaran cacing bersarang di kakinya.
Bobot kaki Wahyu sudah capai 10 kg. Ia hanya bisa terbaring dan jika berjalan harus menahan sakit luar biasa. Setiap malam selepas shalat, Ia nangis memegang tangan renta Emaknya.
“Maafin aa mak. Masih sakit-sakitan, belom bisa kerja gantiin mamak. Maafin Wahyu..”
Kini mereka kembali nekat ke Bandung untuk berobat, namun uang tabungan dari hasil Emak jadii buruh tani dan Ibu jualan gula jawa yang untungnya hanya 5ribu/hari pun tak cukup. Akhirnya Wahyu dan orang tua terancam pulang ke kampung, kembali mengandalkan obat kampung untuk penyakit ganasnya.
Meski ketiganya bisa numpang di Rumah Singgah, namun Pandemi membuat kondisi semakin memprihatinkan. Donatur berkurang jauh, pasien membludak sampai ada yang tidak bisa ditampung hingga berakhir luntang lantung.
“Yang sakit Ya Allah, ratusan... Kami dananya terbatas. Ini tempat aja numpang sama Rumah singgah Galunggung.
Kadang-kadang yang ini udah makan, yang ini cuma ngeliatin. Kadang semua harus puasa itu yang kami miris.
Mau ke RS kadang lagi ngga ada mobil naik angkot, ojeg, atau mobil bak. Pada kepanasan, kehujanan.
Buat tidur juga gitu. Ada yang di kasur yang di tikar doang. Apa daya ini kemampuan kita…” Ujar salah seorang relawan
Parahnya lagi, satu-satunya tempat yang jadi tempat bernaung para pasien akan kena gusur di Awal Tahun. Mereka tak mampu lagi bayar sewa kontrak dan ratusan pasien binaan terancam terlantar!
Sedekah terbaik untuk membuka bulan penuh berkah ini adalah dengan membantu menyelamatkan para dhuafa yang sakit langka ini. Jika kamu mau membantu, caranya:
11. Klik "DONASI SEKARANG"
22. Masukkan nominal donasi
33. Pilih Metode Pembayaran (GOPAY, Transfer Bank, Virtual Account, Kartu Kredit)
Donasi dari kamu akan tepat sasaran digunakan untuk memenuhi fasilitas dan penunjang pengobatan seperti sewa rumah singgah, konsumsi, mobilitas, ambulans, nutrisi, dsb.
Ayo berikan sedekah terbaik atas nama orang tuamu dengan cara membantu mereka. Insya Allah, dengan 1 do’a anak dhuafa, tak akan terhenti pahala bagi kita dan kedua orang tua kita.
Bagikan tautan ke media sosial