Hal pilu harus dialami oleh Maulidia Kamila (3). Balita ini harus menahan rasa sakit saat kejang-kejang kambuh, hampir setiap hari selama kurang lebih 3 tahun. Sejak usia 5 bulan, bayi mungil cantik itu mengalami kejang-kejang dan kini usia bayi mungil itu menginjak 3 tahun.
Ratusan kali Maulidia harus kejang-kejang bahkan demam tinggi dan puluhan kali juga terpaksa orang tuanya melarikannya ke IGD rumah sakit daerah. Terhitung sebanyak 150 kali ia telah mengalami serangan epilepsi, demam tinggi dan kejang kejang. Tak jarang balita itu sering masuk ruang ICU NICU.
Kedua orang tuanya yang hanya seorang buruh kasar pembuat batu bata dan buruh cuci terkadang merasa kebingungan untuk mencari biaya pengobatan Maulidia. Penghasilan Ayah sebagai seorang buruh kasar pembuat batu bata di kampung nya hanya Rp 25,000, sedangkan Ibu hanya seorang buruh cuci dan ibu rumah tangga yang mendapatkan penghasilan tak menentu. Namun, dengan kondisi tersebut mereka sangat gigih berjuang untuk anak bungsu kesayangannya itu.
Tak banyak yang bisa dilakukan Ayah dan Ibu untuk mengobati Maulidia. Setiap pekan mereka harus ke rumah sakit untuk kontrol dan setiap pekan juga penyakit Maulidia kumat kejang kejang epilepsinya.
#TemanPeduli, ASAR Humanity mengajak kamu untuk bergabung bersama Aisyah dalam perjuangannya melawan rasa sakit yang menyiksa tubuh mungilnya.
Insya Allah bantuanmu akan sedikit meringankan beban keluarga Maulidia, dan tidak hanya itu, bantuan kamu juga dapat menginspirasi dan membangkitkan semangat Maulidia untuk sembuh.Yuk, sisihkan rezeki terbaikmu untuk bantu operasional pengobatan Maulidia,
dari target Rp 50.000.000
Hal pilu harus dialami oleh Maulidia Kamila (3). Balita ini harus menahan rasa sakit saat kejang-kejang kambuh, hampir setiap hari selama kurang lebih 3 tahun. Sejak usia 5 bulan, bayi mungil cantik itu mengalami kejang-kejang dan kini usia bayi mungil itu menginjak 3 tahun.
Ratusan kali Maulidia harus kejang-kejang bahkan demam tinggi dan puluhan kali juga terpaksa orang tuanya melarikannya ke IGD rumah sakit daerah. Terhitung sebanyak 150 kali ia telah mengalami serangan epilepsi, demam tinggi dan kejang kejang. Tak jarang balita itu sering masuk ruang ICU NICU.
Kedua orang tuanya yang hanya seorang buruh kasar pembuat batu bata dan buruh cuci terkadang merasa kebingungan untuk mencari biaya pengobatan Maulidia. Penghasilan Ayah sebagai seorang buruh kasar pembuat batu bata di kampung nya hanya Rp 25,000, sedangkan Ibu hanya seorang buruh cuci dan ibu rumah tangga yang mendapatkan penghasilan tak menentu. Namun, dengan kondisi tersebut mereka sangat gigih berjuang untuk anak bungsu kesayangannya itu.
Tak banyak yang bisa dilakukan Ayah dan Ibu untuk mengobati Maulidia. Setiap pekan mereka harus ke rumah sakit untuk kontrol dan setiap pekan juga penyakit Maulidia kumat kejang kejang epilepsinya.
#TemanPeduli, ASAR Humanity mengajak kamu untuk bergabung bersama Aisyah dalam perjuangannya melawan rasa sakit yang menyiksa tubuh mungilnya.
Insya Allah bantuanmu akan sedikit meringankan beban keluarga Maulidia, dan tidak hanya itu, bantuan kamu juga dapat menginspirasi dan membangkitkan semangat Maulidia untuk sembuh.Yuk, sisihkan rezeki terbaikmu untuk bantu operasional pengobatan Maulidia,
Bagikan tautan ke media sosial