Ratusan pejuang penyakit langka dari pelosok terancam Terlantar di Kota besar

28 March 2022

 

Ratusan pejuang penyakit langka dari pelosok terancam Terlantar di Kota besar

Ratusan pejuang penyakit langka dari pelosok terjebak di Kota besar. biaya pengobatan menjadi beban terberat buat mereka sehingga mereka rela tak makan dan luntang lantung di jalan.

Salah satu kesulitan yang di hadapi pasien langka ini adalah mobilitas. Pengobatan yang rutin dan jarak rumah ke rumah sakit menyulitkan pasien untuk menjalani pengobatan. Yayasan SAPA Tasikmalaya, menyediakan rumah singgah Galunggung, bertempat di Jl. Sukaati No.4, Sukabungah, Kec. Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat. Rumah singgah yang ada saat ini hanya bisa menampung Sekitar 13 pasien dari berbagai kampung yang tidak mampu. Di tempat ini pasien dan keluarganya bisa tinggal selama menjalani pengobatan, akan tetapi kekhawatiran menjumpai kita karena Rumah Singgah satu-satunya tempat untuk bernaung meraka akan di gusur, mereka terancam terlantar.

 

Digotong dengan tandu dari kayu, pejuang penyakit langka ini dipindahkan ke mobil bak terbuka beralaskan terpal. Puluhan kilometer ditempuh menuju rumah sakit. Mereka harus tahan sakit akibat guncangan dan dinginnya angin malam.

Tanpa bekal uang di kantong. Mengandalkan jaminan kesehatan yang tak akan mengcover biaya hidup selama berobat. Relawan SAPA Tasikmalaya, meski tak punya tempat dan hanya menumpang di rumah singgah Galunggung, berbaik hati menampung mereka secara gratis.

Salah satu yang sedang berjuang untuk sembuh adalah Komalasari. Masa depannya mendadak gelap kala Tumor ganas menyerangnya sudah 10 tahun sampai saat ini. Tumor di wajahnya semakin hari semakin membesar. Setiap hari hanya terdengar rintihan sakit dan jeritan tangis.

“Sejak kecil Komalasari juga mempunyai kelainan sering mengalami kejang yang tidak diobati hingga saat ini , sehingga jika sudah kambuh Komalasari terdiam dikamar tidak mau bicara kepada siapapun dan jika diajak berbicarapun tidak nyambung”. Ibu komalasari (penderita tumor ganas)

komalasari terasa sakit hinga tak kuasa untuk bicara atau membuka mulut. Dan sampai saat ini sudah mencapai 10 tahun sejak divonis Tumor Ganas benjolan di wajah Komalasari semakin Membesar sehingga harus pulang pergi dari Kampung halaman ke Bandung, dimana keluarga komalasari hanya berprofesi buruh bangunan dan buruh panen.

Di Bandung, keluarga komalasari hanya bergantung pada belas kasih relawan SAPA Tasikmalaya. Sebab harta bendanya sudah habis dijual untuk biaya berobat.

Pasien lainnya, Wahyu, kisahnya sangat menyayat hati. Selama 16 tahun, milayaran cacing bersarang di kakinya.

Bobot kaki Wahyu sudah capai 10 kg. Ia hanya bisa terbaring dan jika berjalan harus menahan sakit luar biasa. Setiap malam selepas shalat, Ia nangis memegang tangan renta Bapak dan Emaknya.

“Maafin aa mak, pak. Masih sakit-sakitan, belom bisa kerja gantiin bapak sama mamak.. Maafin Wahyu..”

Kini mereka kembali nekat ke Bandung untuk berobat, namun uang tabungan dari hasil Emak jadii buruh tani dan Bapak jualan gula jawa yang untungnya hanya 5ribu/hari pun tak cukup. Akhirnya Wahyu dan orang tua terancam pulang ke kampung, kembali mengandalkan obat kampung untuk penyakit ganasnya.

Meski ketiganya bisa numpang di Rumah Singgah, namun Pandemi membuat kondisi semakin memprihatinkan. Donatur berkurang jauh, pasien membludak sampai ada yang tidak bisa ditampung hingga berakhir luntang lantung.

“Yang sakit Ya Allah, ratusan... Kami dananya terbatas. Ini tempat aja numpang sama Rumah singgah Galunggung.

Kadang-kadang yang ini udah makan, yang ini cuma ngeliatin. Kadang semua harus puasa itu yang kami miris.

Mau ke RS kadang lagi ngga ada mobil naik angkot, ojeg, atau mobil bak. Pada kepanasan, kehujanan.

Buat tidur juga gitu. Ada yang di kasur yang di tikar doang. Apa daya ini kemampuan kita…” Ujar salah seorang relawan

Parahnya lagi, satu-satunya tempat yang jadi tempat bernaung para pasien akan kena gusur di Awal Tahun. Mereka tak mampu lagi bayar sewa kontrak dan ratusan pasien binaan terancam terlantar!

Sedekah terbaik untuk membuka bulan penuh berkah ini adalah dengan membantu menyelamatkan para dhuafa yang sakit langka ini. Jika kamu mau membantu, caranya:

11. Klik "DONASI SEKARANG"

22. Masukkan nominal donasi

33. Pilih Metode Pembayaran (GOPAY, Transfer Bank, Virtual Account, Kartu Kredit)

Donasi dari kamu akan tepat sasaran digunakan untuk memenuhi fasilitas dan penunjang pengobatan seperti sewa rumah singgah, konsumsi, mobilitas, ambulans, nutrisi, dsb.

Ayo berikan sedekah terbaik atas nama orang tuamu dengan cara membantu mereka. Insya Allah, dengan 1 do’a anak dhuafa, tak akan terhenti pahala bagi kita dan kedua orang tua kita.

 

 


Belum ada update
Dana terkumpul

Rp 30.000

dari target Rp 150.000.000

 
  • 2
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Campaign telah berakhir/selesai
Relawan Tasik Peduli
Donasi
Ayobantu Indonesia
AyoBantu Galang Dana

Jadi fundraiser untuk campaign ini

Gabung

Ratusan pejuang penyakit langka dari pelosok terancam Terlantar di Kota besar Sosial

Dana terkumpul

Rp 30.000

 
Target: Rp Rp 150.000.000
  • 2
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Selesai
Campaign telah berakhir/selesai
28 March 2022

 

Ratusan pejuang penyakit langka dari pelosok terancam Terlantar di Kota besar

Ratusan pejuang penyakit langka dari pelosok terjebak di Kota besar. biaya pengobatan menjadi beban terberat buat mereka sehingga mereka rela tak makan dan luntang lantung di jalan.

Salah satu kesulitan yang di hadapi pasien langka ini adalah mobilitas. Pengobatan yang rutin dan jarak rumah ke rumah sakit menyulitkan pasien untuk menjalani pengobatan. Yayasan SAPA Tasikmalaya, menyediakan rumah singgah Galunggung, bertempat di Jl. Sukaati No.4, Sukabungah, Kec. Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat. Rumah singgah yang ada saat ini hanya bisa menampung Sekitar 13 pasien dari berbagai kampung yang tidak mampu. Di tempat ini pasien dan keluarganya bisa tinggal selama menjalani pengobatan, akan tetapi kekhawatiran menjumpai kita karena Rumah Singgah satu-satunya tempat untuk bernaung meraka akan di gusur, mereka terancam terlantar.

 

Digotong dengan tandu dari kayu, pejuang penyakit langka ini dipindahkan ke mobil bak terbuka beralaskan terpal. Puluhan kilometer ditempuh menuju rumah sakit. Mereka harus tahan sakit akibat guncangan dan dinginnya angin malam.

Tanpa bekal uang di kantong. Mengandalkan jaminan kesehatan yang tak akan mengcover biaya hidup selama berobat. Relawan SAPA Tasikmalaya, meski tak punya tempat dan hanya menumpang di rumah singgah Galunggung, berbaik hati menampung mereka secara gratis.

Salah satu yang sedang berjuang untuk sembuh adalah Komalasari. Masa depannya mendadak gelap kala Tumor ganas menyerangnya sudah 10 tahun sampai saat ini. Tumor di wajahnya semakin hari semakin membesar. Setiap hari hanya terdengar rintihan sakit dan jeritan tangis.

“Sejak kecil Komalasari juga mempunyai kelainan sering mengalami kejang yang tidak diobati hingga saat ini , sehingga jika sudah kambuh Komalasari terdiam dikamar tidak mau bicara kepada siapapun dan jika diajak berbicarapun tidak nyambung”. Ibu komalasari (penderita tumor ganas)

komalasari terasa sakit hinga tak kuasa untuk bicara atau membuka mulut. Dan sampai saat ini sudah mencapai 10 tahun sejak divonis Tumor Ganas benjolan di wajah Komalasari semakin Membesar sehingga harus pulang pergi dari Kampung halaman ke Bandung, dimana keluarga komalasari hanya berprofesi buruh bangunan dan buruh panen.

Di Bandung, keluarga komalasari hanya bergantung pada belas kasih relawan SAPA Tasikmalaya. Sebab harta bendanya sudah habis dijual untuk biaya berobat.

Pasien lainnya, Wahyu, kisahnya sangat menyayat hati. Selama 16 tahun, milayaran cacing bersarang di kakinya.

Bobot kaki Wahyu sudah capai 10 kg. Ia hanya bisa terbaring dan jika berjalan harus menahan sakit luar biasa. Setiap malam selepas shalat, Ia nangis memegang tangan renta Bapak dan Emaknya.

“Maafin aa mak, pak. Masih sakit-sakitan, belom bisa kerja gantiin bapak sama mamak.. Maafin Wahyu..”

Kini mereka kembali nekat ke Bandung untuk berobat, namun uang tabungan dari hasil Emak jadii buruh tani dan Bapak jualan gula jawa yang untungnya hanya 5ribu/hari pun tak cukup. Akhirnya Wahyu dan orang tua terancam pulang ke kampung, kembali mengandalkan obat kampung untuk penyakit ganasnya.

Meski ketiganya bisa numpang di Rumah Singgah, namun Pandemi membuat kondisi semakin memprihatinkan. Donatur berkurang jauh, pasien membludak sampai ada yang tidak bisa ditampung hingga berakhir luntang lantung.

“Yang sakit Ya Allah, ratusan... Kami dananya terbatas. Ini tempat aja numpang sama Rumah singgah Galunggung.

Kadang-kadang yang ini udah makan, yang ini cuma ngeliatin. Kadang semua harus puasa itu yang kami miris.

Mau ke RS kadang lagi ngga ada mobil naik angkot, ojeg, atau mobil bak. Pada kepanasan, kehujanan.

Buat tidur juga gitu. Ada yang di kasur yang di tikar doang. Apa daya ini kemampuan kita…” Ujar salah seorang relawan

Parahnya lagi, satu-satunya tempat yang jadi tempat bernaung para pasien akan kena gusur di Awal Tahun. Mereka tak mampu lagi bayar sewa kontrak dan ratusan pasien binaan terancam terlantar!

Sedekah terbaik untuk membuka bulan penuh berkah ini adalah dengan membantu menyelamatkan para dhuafa yang sakit langka ini. Jika kamu mau membantu, caranya:

11. Klik "DONASI SEKARANG"

22. Masukkan nominal donasi

33. Pilih Metode Pembayaran (GOPAY, Transfer Bank, Virtual Account, Kartu Kredit)

Donasi dari kamu akan tepat sasaran digunakan untuk memenuhi fasilitas dan penunjang pengobatan seperti sewa rumah singgah, konsumsi, mobilitas, ambulans, nutrisi, dsb.

Ayo berikan sedekah terbaik atas nama orang tuamu dengan cara membantu mereka. Insya Allah, dengan 1 do’a anak dhuafa, tak akan terhenti pahala bagi kita dan kedua orang tua kita.

 

 



Belum ada update

Harapan #TemanPeduli
Fundraiser
Gabung
Kamu juga bisa bantu: