Lumpuh dan Pandangannya Gelap, Berikan Harapan Sembuh Untuk Bu Yunita dari Tumor Otak

31 May 2022

Ibu Yunita Rahmawati (37th) Ibu Muda 3 anak ini berasal dari Kp.Cileutik, Rt.03 Rw.07 Banjaran, Kabupaten Bandung. Namun tidak seperti ibu muda lainnya masa sibuk Ibu Yunita yang mempunyai 2 anak masih sekolah serta masih membutuhkan biaya dan 1 anak bungsu yang masih berusia 3 tahun ini harus direnggut oleh Tumor otak yang mengancam nyawa.

Pak Toni (Suami Bu Yunita) sangat bersyukur memiliki Istri yang periang, penyabar dan baik hati. Dengan penuh sayang Pak Toni selalu memperhatikan istri tercintanya mengurus anak mereka dan Pak Toni berusaha bekerja keras demi kehidupan istri dan anak-anaknya dengan menjadi penambang pasir di daerahnya dan pada waktu itu Ibu Yunita bekerja menjadi buruh pabrik.

Singkat cerita, awalnya Ibu Yuanita sering merasa sakit di kepala, beliau menyangka itu sakit kepala biasa dan hanya di obati dengan obat-obatan dari warung saja. Namun sakit kepala yang di alaminya tak kunjung sembuh malah semakin parah sampai Ibu Yunita terpaksa berhenti dari pekerjaanya. Saat itu Pak Toni dengan uang seadanya membawa Ibu Yunita ke rumah sakit yang jaraknya sangat jauh demi bisa melakukan pemeriksaan. Itu pun uang hasil pinjaman dari rekannya. Maklum Pak Toni hanya seorang penambang pasir.

Pak Toni tak menyangka bahwa itu merupakan cikal bakal Tumor Otak. Sampai pada suatu hari Ibu Yunita tiba-tiba mengalami demam dan kejang-kejang. Kemudian kedua kakinya lemas tak berdaya sampai Ibu Yunita tidak bisa berjalan. Dengan rasa panik dan uang tabungan seadanya Pak.Toni membawa Ibu Yunita Ke RS.Al-Ihsan untuk memeriksanya.

Beberapa hari berselang penglihatan Ibu Yunita semakin gelap dan pada akhirnya ke dua mata Ibu Yunita benar-benar tidak bisa melihat lagi serta terdapat benjolan besar di kepalanya. Dokter spesialis memvonis Ibu mengidap penyakit tumor cerebral meninges (Tumor Otak). 

 

Tak banyak yang mampu dilakukan Ibu 3 anak itu kecuali menangis kesakitan. Rasanya hidupnya berakhir kakinya lumpuh dan pandangannya gelap. Tak ada lagi wajah suami dan ketiga anaknya yang bisa ia lihat seperti dulu sejak monster bernama Tumor Otak menyerangnya. Menurut tetangganya dulu dia adalah Ibu yang periang yang selalu tersenyum setiap bertemu. Tapi ia bukan dari golongan keluarga yang beruntung dan tak mampu berobat secara maksimal.  Ia pun hanya mampu menangis menjerit kesakitan saat menahan penyakit berbahaya itu.

 

Anak sulung Ibu Yunita masih memiliki tunggakan kepada sekolah sebesar Rp. 9.090.000,-. Lalu setiap bulan Ibu Yunita dan Pak Toni harus membayar sewa rumah nya sebesar Rp. 200.000,- namun karena keterbatasannya biaya, sudah satu tahun lebih Ibu Yunita belum membayar sewa rumahnya. Harga sewa rumah Ibu Yunita memang bisa dibilang dibawah rata-rata karena rumah kontrakanya itu sering dilanda banjir.

Untuk makan dan buang air, bu Yunita dibantu oleh suaminya menggunakan kursi roda yang di pinjam dari tetangganya. Seluruh pekerjaan rumah pun Pak Toni yang melakukannya sendiri. Pak Toni sebagai penambang pasir memiliki penghasilan yang tidak menentu. Pak Toni menjual satu karung pasir seharga Rp. 5000,- Paling banyak sehari pak Toni bisa menjual sampai 30 karung, tapi itu pun tidak setiap hari ada yang membeli. Bahkan semenjak Istrinya sakit tak berdaya, Harus merelakan penghasilannya Karena Pak Toni Lebih menggunakan banyak waktunya untuk mengurus istri dan ke tiga anaknya.

"Saya belum siap kalau harus kehilangan istri saya, sebisa mungkin saya akan berusaha dan berjuang untuk kesehatan istri saya dan masa depan anak saya”. (Kata Pak Toni saat kami menanyakan kondisi istrinya)

 

Sahabat, suami mana yang tega istri tercintanya menderita? Begitu pula yang dirasakan Pak Toni saat ini. Tapi Pak Toni kini kehilangan penghasilannya karena harus mengurus istri dan ketiga anaknya. Padahal Istrinya sangat membutuhkan biaya rawat jalan, kemoterapi hingga operasi. Kalau pengobatan Ibu Yunita terhenti bukan tak mungkin nyawanya menjadi ancaman. 

Mari bantu Perjuangan Pak Toni untuk kesembuhan Ibu Yunita dengan doa dan donasi melalui:

1.      Klik tombol “Donasi”.

2.      Masukkan nominal Infak Sahabat.

3.      Masukkan data yang diperlukan.

4.      Klik tombol “Lanjutkan”.

5.      Pilih metode pembayaran (Kartu Kredit/Debit/Transfer Bank/Alfamart/GoPay/ShopeePay)

Klik tombol “Bayar Sekarang” dan selesaikan pembayaran.

Ajak keluarga dan kerabat lainnya untuk share link ini via WhatsApp dan Facebook.

InsyaAllah setiap kebaikan dari ajakan kita, maka Sahabat pun akan mendapatkan pahalanya.

Terima kasih kami ucapkan, doa dan dukungan sahabat sangatlah berarti.

 


Belum ada update
Dana terkumpul

Rp 10.000

dari target Rp 100.000.000

 
  • 1
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Campaign telah berakhir/selesai
Salingberbagi.Org
Donasi
Ayobantu Indonesia
AyoBantu Galang Dana

Jadi fundraiser untuk campaign ini

Gabung

Lumpuh dan Pandangannya Gelap, Berikan Harapan Sembuh Untuk Bu Yunita dari Tumor Otak Kesehatan

Dana terkumpul

Rp 10.000

 
Target: Rp Rp 100.000.000
  • 1
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Selesai
Campaign telah berakhir/selesai
31 May 2022

Ibu Yunita Rahmawati (37th) Ibu Muda 3 anak ini berasal dari Kp.Cileutik, Rt.03 Rw.07 Banjaran, Kabupaten Bandung. Namun tidak seperti ibu muda lainnya masa sibuk Ibu Yunita yang mempunyai 2 anak masih sekolah serta masih membutuhkan biaya dan 1 anak bungsu yang masih berusia 3 tahun ini harus direnggut oleh Tumor otak yang mengancam nyawa.

Pak Toni (Suami Bu Yunita) sangat bersyukur memiliki Istri yang periang, penyabar dan baik hati. Dengan penuh sayang Pak Toni selalu memperhatikan istri tercintanya mengurus anak mereka dan Pak Toni berusaha bekerja keras demi kehidupan istri dan anak-anaknya dengan menjadi penambang pasir di daerahnya dan pada waktu itu Ibu Yunita bekerja menjadi buruh pabrik.

Singkat cerita, awalnya Ibu Yuanita sering merasa sakit di kepala, beliau menyangka itu sakit kepala biasa dan hanya di obati dengan obat-obatan dari warung saja. Namun sakit kepala yang di alaminya tak kunjung sembuh malah semakin parah sampai Ibu Yunita terpaksa berhenti dari pekerjaanya. Saat itu Pak Toni dengan uang seadanya membawa Ibu Yunita ke rumah sakit yang jaraknya sangat jauh demi bisa melakukan pemeriksaan. Itu pun uang hasil pinjaman dari rekannya. Maklum Pak Toni hanya seorang penambang pasir.

Pak Toni tak menyangka bahwa itu merupakan cikal bakal Tumor Otak. Sampai pada suatu hari Ibu Yunita tiba-tiba mengalami demam dan kejang-kejang. Kemudian kedua kakinya lemas tak berdaya sampai Ibu Yunita tidak bisa berjalan. Dengan rasa panik dan uang tabungan seadanya Pak.Toni membawa Ibu Yunita Ke RS.Al-Ihsan untuk memeriksanya.

Beberapa hari berselang penglihatan Ibu Yunita semakin gelap dan pada akhirnya ke dua mata Ibu Yunita benar-benar tidak bisa melihat lagi serta terdapat benjolan besar di kepalanya. Dokter spesialis memvonis Ibu mengidap penyakit tumor cerebral meninges (Tumor Otak). 

 

Tak banyak yang mampu dilakukan Ibu 3 anak itu kecuali menangis kesakitan. Rasanya hidupnya berakhir kakinya lumpuh dan pandangannya gelap. Tak ada lagi wajah suami dan ketiga anaknya yang bisa ia lihat seperti dulu sejak monster bernama Tumor Otak menyerangnya. Menurut tetangganya dulu dia adalah Ibu yang periang yang selalu tersenyum setiap bertemu. Tapi ia bukan dari golongan keluarga yang beruntung dan tak mampu berobat secara maksimal.  Ia pun hanya mampu menangis menjerit kesakitan saat menahan penyakit berbahaya itu.

 

Anak sulung Ibu Yunita masih memiliki tunggakan kepada sekolah sebesar Rp. 9.090.000,-. Lalu setiap bulan Ibu Yunita dan Pak Toni harus membayar sewa rumah nya sebesar Rp. 200.000,- namun karena keterbatasannya biaya, sudah satu tahun lebih Ibu Yunita belum membayar sewa rumahnya. Harga sewa rumah Ibu Yunita memang bisa dibilang dibawah rata-rata karena rumah kontrakanya itu sering dilanda banjir.

Untuk makan dan buang air, bu Yunita dibantu oleh suaminya menggunakan kursi roda yang di pinjam dari tetangganya. Seluruh pekerjaan rumah pun Pak Toni yang melakukannya sendiri. Pak Toni sebagai penambang pasir memiliki penghasilan yang tidak menentu. Pak Toni menjual satu karung pasir seharga Rp. 5000,- Paling banyak sehari pak Toni bisa menjual sampai 30 karung, tapi itu pun tidak setiap hari ada yang membeli. Bahkan semenjak Istrinya sakit tak berdaya, Harus merelakan penghasilannya Karena Pak Toni Lebih menggunakan banyak waktunya untuk mengurus istri dan ke tiga anaknya.

"Saya belum siap kalau harus kehilangan istri saya, sebisa mungkin saya akan berusaha dan berjuang untuk kesehatan istri saya dan masa depan anak saya”. (Kata Pak Toni saat kami menanyakan kondisi istrinya)

 

Sahabat, suami mana yang tega istri tercintanya menderita? Begitu pula yang dirasakan Pak Toni saat ini. Tapi Pak Toni kini kehilangan penghasilannya karena harus mengurus istri dan ketiga anaknya. Padahal Istrinya sangat membutuhkan biaya rawat jalan, kemoterapi hingga operasi. Kalau pengobatan Ibu Yunita terhenti bukan tak mungkin nyawanya menjadi ancaman. 

Mari bantu Perjuangan Pak Toni untuk kesembuhan Ibu Yunita dengan doa dan donasi melalui:

1.      Klik tombol “Donasi”.

2.      Masukkan nominal Infak Sahabat.

3.      Masukkan data yang diperlukan.

4.      Klik tombol “Lanjutkan”.

5.      Pilih metode pembayaran (Kartu Kredit/Debit/Transfer Bank/Alfamart/GoPay/ShopeePay)

Klik tombol “Bayar Sekarang” dan selesaikan pembayaran.

Ajak keluarga dan kerabat lainnya untuk share link ini via WhatsApp dan Facebook.

InsyaAllah setiap kebaikan dari ajakan kita, maka Sahabat pun akan mendapatkan pahalanya.

Terima kasih kami ucapkan, doa dan dukungan sahabat sangatlah berarti.

 



Belum ada update

Harapan #TemanPeduli
Fundraiser
Gabung
Kamu juga bisa bantu: