Cucu kami namanya Muhammad Dizkri (5 tahun), setiap hari hidupnya dihiasi tangisan. Canda dan tawa di masa kecilnya nyaris tak ada. Sebab penyakit kulit langka telah menyerang tubuh mungilnya sampai melepuh di mana-mana. Membuat tubuhnya makin kurus dan memprihatinkan.
Kami tak menyangka, cucu pertama kami yang kami nanti-nanti terlahir di dunia ini justru harus menerima kenyataan pahit. Sejak usianya menginjak 1 tahun dia menderita, bahkan sekarang muncul luka hampir di sekujur tubuh. Luka memerah seperti luka bakar yang membuatnya perih dan mengeluarkan darah.
Ditambah lagi sejak lahir Dzkkri diurus oleh kami (kakek dan neneknya), karena ayah dan ibu Dzikri sudah berpisah saat Dzikri masih dalam kandungan. Ayah Dzikri merantau ke Kalimantan, sedangkan Ibunya setelah melahirkan Dzikri pulang ke keluarganya. Jadi sepenuhnya Dzikri menjadi tanggungan kami.
Sedihnya lagi, penyakit ini membuat kuku tangan dan kaki cucu kami sering kali mengelupas mungkin akibat dari panasnya luka yang ia derita.
“Ketika ia merasakan sakitnya ia akan berteriak menangis dan meronta tak tertahankan. Meski saya tak tega saya tak bisa apa-apa hanya menunggu keajaiban dari Allah untuk kesembuhan cucu saya” lirih Pak Herman (kakek dari Dizkri) tersenggal.
Kami sudah mencoba mengobatinya saat pertama muncul ruam merah di tangan dan kaki seperti luka bakar. Tak disangka ternyata penyakit yang diderita Dzikri makin buruk dan menjalar ke bagian tubuh lainnya. Kemudian, kami mencoba berikhtiar dengan memberinya pengobatan herbal dan membawanya ke kelinik terdekat. Tapi semua belum membuahkan hasil.
Rumah kami jauh dari kota yakni di pelosok Garut tepatnya di Kampung Halimun RT01/RW01 Desa Jaya Mekar, Kecamatan Pangkajeng, Kabupaten Garut.
Kami pernah berkonsultasi dengan dokter puskesmas terdekat, ia mengatakan Dzikri bisa sembuh namun dengan jalur operasi. Terdiam kami mendengar kabar ini, sebab kami tak memiliki uang cukup buat membawa Dzikri ke meja operasi. Biayanya mencapai ratusan juta rupiah!
Tak Terbayang Uang sebanyak itu kami dapatkan dari mana? Sedangkan kakek Dzikri hanya seorang buruh serabutan di tetangga yang membutuhkan tenaganya. kadang menjadi kuli pikul yang penghasilannya pun hanya 25rb perhari. Upah segitu hanya cukup untuk membeli salep atau pun bedak, belum lagi untuk makan sehari-hari dan susu. Untuk biaya berobat ke rumah sakit ia belum mampu sama sekali.
Pilu hati kakek dan nenek Dzikri melihat kondisi luka di tubuh cucu kesayangannya yang semakin memburuk. Merasa gagal dan bersalah karena tak mampu memberikan pengobatan terbaik. Dzikri sendiri hanya bisa menanti keajaiban yang entah kapan datangnya.
Sahabat, yuk hadirkan kesempatan untuk Dzikri segera mendapat penanganan medis sampai dioperasi demi menjemput kesembuhannya. Jangan biarkan ia larut dalam tangisan dan kesakitan setiap hari. Mari sisihkan sedikit rezeki kita untuk wujudkan keajaiban itu bersama kami untuk Dzikri.
dari target Rp 50.000.000
Cucu kami namanya Muhammad Dizkri (5 tahun), setiap hari hidupnya dihiasi tangisan. Canda dan tawa di masa kecilnya nyaris tak ada. Sebab penyakit kulit langka telah menyerang tubuh mungilnya sampai melepuh di mana-mana. Membuat tubuhnya makin kurus dan memprihatinkan.
Kami tak menyangka, cucu pertama kami yang kami nanti-nanti terlahir di dunia ini justru harus menerima kenyataan pahit. Sejak usianya menginjak 1 tahun dia menderita, bahkan sekarang muncul luka hampir di sekujur tubuh. Luka memerah seperti luka bakar yang membuatnya perih dan mengeluarkan darah.
Ditambah lagi sejak lahir Dzkkri diurus oleh kami (kakek dan neneknya), karena ayah dan ibu Dzikri sudah berpisah saat Dzikri masih dalam kandungan. Ayah Dzikri merantau ke Kalimantan, sedangkan Ibunya setelah melahirkan Dzikri pulang ke keluarganya. Jadi sepenuhnya Dzikri menjadi tanggungan kami.
Sedihnya lagi, penyakit ini membuat kuku tangan dan kaki cucu kami sering kali mengelupas mungkin akibat dari panasnya luka yang ia derita.
“Ketika ia merasakan sakitnya ia akan berteriak menangis dan meronta tak tertahankan. Meski saya tak tega saya tak bisa apa-apa hanya menunggu keajaiban dari Allah untuk kesembuhan cucu saya” lirih Pak Herman (kakek dari Dizkri) tersenggal.
Kami sudah mencoba mengobatinya saat pertama muncul ruam merah di tangan dan kaki seperti luka bakar. Tak disangka ternyata penyakit yang diderita Dzikri makin buruk dan menjalar ke bagian tubuh lainnya. Kemudian, kami mencoba berikhtiar dengan memberinya pengobatan herbal dan membawanya ke kelinik terdekat. Tapi semua belum membuahkan hasil.
Rumah kami jauh dari kota yakni di pelosok Garut tepatnya di Kampung Halimun RT01/RW01 Desa Jaya Mekar, Kecamatan Pangkajeng, Kabupaten Garut.
Kami pernah berkonsultasi dengan dokter puskesmas terdekat, ia mengatakan Dzikri bisa sembuh namun dengan jalur operasi. Terdiam kami mendengar kabar ini, sebab kami tak memiliki uang cukup buat membawa Dzikri ke meja operasi. Biayanya mencapai ratusan juta rupiah!
Tak Terbayang Uang sebanyak itu kami dapatkan dari mana? Sedangkan kakek Dzikri hanya seorang buruh serabutan di tetangga yang membutuhkan tenaganya. kadang menjadi kuli pikul yang penghasilannya pun hanya 25rb perhari. Upah segitu hanya cukup untuk membeli salep atau pun bedak, belum lagi untuk makan sehari-hari dan susu. Untuk biaya berobat ke rumah sakit ia belum mampu sama sekali.
Pilu hati kakek dan nenek Dzikri melihat kondisi luka di tubuh cucu kesayangannya yang semakin memburuk. Merasa gagal dan bersalah karena tak mampu memberikan pengobatan terbaik. Dzikri sendiri hanya bisa menanti keajaiban yang entah kapan datangnya.
Sahabat, yuk hadirkan kesempatan untuk Dzikri segera mendapat penanganan medis sampai dioperasi demi menjemput kesembuhannya. Jangan biarkan ia larut dalam tangisan dan kesakitan setiap hari. Mari sisihkan sedikit rezeki kita untuk wujudkan keajaiban itu bersama kami untuk Dzikri.
Bagikan tautan ke media sosial