Bayi mungil yang kami nantikan penuh harapan, Sulthan, lahir melalui proses sesar pada 9 September 2022 di RS Awal Bros Ahmad Yani, Pekanbaru. Dia anak ke-3 dari 3 bersaudara.
Kebahagiaan kami terhapus saat mengetahui Sulthan lahir dengan badan membiru dan napasnya sesak, sehingga langsung dilarikan ke Ruang NICU untuk mendapatkan pertolongan intensif. Dokter memberitahu untuk dilakukan pemasangan ventilator pada Sulthan, karena menggunakan oksigen biasa tidak sampai ke paru-parunya.
Hati saya merasa hancur, air mata bercucuran diiringi isak tangis yang tak tertahankan. Kabar dokter itu merenggut kebahagiaan seorang ibu yang ingin melihat dan menggendong buah hatinya usai perjuangan panjang untuk melahirkan.
Dokter mendiagnosa paru-paru Sulthan mengkerut sehingga dia tidak bisa bernafas tanpa oksigen. Sulthan mengalami kritis sebanyak 3x selama di NICU. Sulthan dirawat di NICU RS Awal Bros Ahmad Yani Pekanbaru selama 58 hari. Dokter akhirnya angkat tangan karena Sulthan adalah kasus pertama di Pekanbaru. Sulthan diperbolehkan pulang ke rumah tapi dengan memakai oksigen. Bila oksigen dilepas, saturasi Sulthan bisa turun jadi 60 dan badannya langsung membiru. Sebagai orang tua, kami tetap yakin akan kuasa Allah kalau anak kami pasti kuat dan baik-baik saja.
Selama di rumah, Sulthan tetap harus kontrol sekali seminggu. Waktu terakhir kontrol, dokter memberikan rujukan ke RSCM Jakarta, karena di Pekanbaru tidak ada konsultan paru-paru anak. Saya pun berangkat ke Jakarta tgl 18 Desember 2022. Pada 21 Desember 2022, Sulthan drop, sesaknya kencang, dan saturasinya turun hingga 50. Saya langsung membawanya ke IGD RSCM. Satu malam di IGD sesaknya semakin kencang dan tubuhnya semakin lemas.
Pada tanggal 22 Des 2022, Sulthan masuk ruang PICU dan memakai ventilator kembali. Sampai hari ini, saat saya menuliskan kisah ini untuk mengetuk hati para dermawan. Dokter bilang paru-paru Sulthan sudah kronis sehingga tidak bisa lepas dari ventilator. Karena itu, dokter menyuruh saya mempersiapkan ventilator di rumah. Sulthan akan bertahan hidup dengan ventilator dan tidak mungkin dia tinggal di rumah sakit terus dan terpisah dari keluarga di rumah.
Kami sangat ingin membawa Sulthan pulang ke rumah, tinggal bersama saudara-saudaranya. Tapi harga ventilator yang lebih dari seratus juta itu tak terjangkau oleh kami. Ayah Sulthan hanya karyawan biasa dan saya ibu rumah tangga yang fokus menjaga dan mengurus Sulthan bersama 2 kakaknya.
Kami mengetuk hati para teman baik yang berhati dermawan untuk berkenan mengulurkan tangan membantu Sulthan membeli ventilator supaya dia bisa pulang dan tinggal bersama keluarganya.
dari target Rp 100.000.000
Bayi mungil yang kami nantikan penuh harapan, Sulthan, lahir melalui proses sesar pada 9 September 2022 di RS Awal Bros Ahmad Yani, Pekanbaru. Dia anak ke-3 dari 3 bersaudara.
Kebahagiaan kami terhapus saat mengetahui Sulthan lahir dengan badan membiru dan napasnya sesak, sehingga langsung dilarikan ke Ruang NICU untuk mendapatkan pertolongan intensif. Dokter memberitahu untuk dilakukan pemasangan ventilator pada Sulthan, karena menggunakan oksigen biasa tidak sampai ke paru-parunya.
Hati saya merasa hancur, air mata bercucuran diiringi isak tangis yang tak tertahankan. Kabar dokter itu merenggut kebahagiaan seorang ibu yang ingin melihat dan menggendong buah hatinya usai perjuangan panjang untuk melahirkan.
Dokter mendiagnosa paru-paru Sulthan mengkerut sehingga dia tidak bisa bernafas tanpa oksigen. Sulthan mengalami kritis sebanyak 3x selama di NICU. Sulthan dirawat di NICU RS Awal Bros Ahmad Yani Pekanbaru selama 58 hari. Dokter akhirnya angkat tangan karena Sulthan adalah kasus pertama di Pekanbaru. Sulthan diperbolehkan pulang ke rumah tapi dengan memakai oksigen. Bila oksigen dilepas, saturasi Sulthan bisa turun jadi 60 dan badannya langsung membiru. Sebagai orang tua, kami tetap yakin akan kuasa Allah kalau anak kami pasti kuat dan baik-baik saja.
Selama di rumah, Sulthan tetap harus kontrol sekali seminggu. Waktu terakhir kontrol, dokter memberikan rujukan ke RSCM Jakarta, karena di Pekanbaru tidak ada konsultan paru-paru anak. Saya pun berangkat ke Jakarta tgl 18 Desember 2022. Pada 21 Desember 2022, Sulthan drop, sesaknya kencang, dan saturasinya turun hingga 50. Saya langsung membawanya ke IGD RSCM. Satu malam di IGD sesaknya semakin kencang dan tubuhnya semakin lemas.
Pada tanggal 22 Des 2022, Sulthan masuk ruang PICU dan memakai ventilator kembali. Sampai hari ini, saat saya menuliskan kisah ini untuk mengetuk hati para dermawan. Dokter bilang paru-paru Sulthan sudah kronis sehingga tidak bisa lepas dari ventilator. Karena itu, dokter menyuruh saya mempersiapkan ventilator di rumah. Sulthan akan bertahan hidup dengan ventilator dan tidak mungkin dia tinggal di rumah sakit terus dan terpisah dari keluarga di rumah.
Kami sangat ingin membawa Sulthan pulang ke rumah, tinggal bersama saudara-saudaranya. Tapi harga ventilator yang lebih dari seratus juta itu tak terjangkau oleh kami. Ayah Sulthan hanya karyawan biasa dan saya ibu rumah tangga yang fokus menjaga dan mengurus Sulthan bersama 2 kakaknya.
Kami mengetuk hati para teman baik yang berhati dermawan untuk berkenan mengulurkan tangan membantu Sulthan membeli ventilator supaya dia bisa pulang dan tinggal bersama keluarganya.
Bagikan tautan ke media sosial