Masyarakat tidak ada yang mau nerima saya, mas. Ya semua pada takut sama wajah saya yang penuh benjolan, mereka takut ketularan. Hanya penggilingan padi ini yang nerima saya kerja di sini.”
Namanya Pak Kholis, sudah 40 tahun hidup dengan benjolan di sekujur tubuh. Keadaan fisiknya membuat Pak Kholis sering dapat ejekan dari warga sekitar dan kesulitan mencari tempat kerja. Beberapa tahun Pak Kholis sempat terpuruk karena hal ini. Seiring berjalannya waktu, alhamdulillah Pak Kholis dapat kerja di penggilingan padi.
Tidak mudah hari-hari yang dijalani Pak Kholis. Setiap hari Pak Kholis harus beradu dengan terik matahari, menjemur padi, hingga memanggul puluhan karung hasil panenan. Tak jarang sewaktu bekerja sakit kulit Pak Kholis kumat, terik matahari menyengat membuat kulit Pak Kholis terasa sakit.
“Kalau kena panas sakit mas. Kulit saya sensitif.”
Namun Pak Kholis tidak menyerah. Perjuangan ini Pak Kholis lakukan demi bisa menghidupi keluarganya, termasuk biaya operasi anaknya. Anak Pak Kholis bernama Afif, ia mengalami kelainan tulang yang tumbuh di betisnya. Ingin sekali bisa melakukan operasi tapi tidak ada biaya. Alih-alih untuk biaya operasi, biaya makan sehari-hari saja hanya seadanya.
Meksi letih bekerja seharian tapi Pak Kholis tidak pernah lupa untuk shalat lima waktu. Berdoa dan berharap agar hari ini dapat rezeki yang cukup dan tubuhnya kuat untuk bekerja.
Pak Kholis percaya Allah SWT bersama hamba-Nya yang selalu bersabar.
Sepulang kerja, Pak Kholis sempatkan merawat anaknya dan bermain bersama. Sama seperti Pak Kholis, anaknya juga tidak punya banyak teman. Kelainan di kaki anaknya dan benjolan ditubuh Pak Kholis membuat banyak orang yang mengejek mereka.
“Afif, ayahnya monster.” teriak lantang ejekan seorang anak yang lewat di depan rumah Pak Kholis.
“Jangan malu dengan yang lain, nak. Allah SWT tidak melihat hamba-Nya dari fisik. Tapi dari hatinya.” Dengan lembut dan keriangan Pak Kholis merawat anaknya.
Letih, capek, dan sakit Pak Kholis sembunyikan di hadapan keluarga, agar anak dan istrinya terus bahagia dan tidak ikut merasakan sakitnya.
dari target Rp 100.000.000
Masyarakat tidak ada yang mau nerima saya, mas. Ya semua pada takut sama wajah saya yang penuh benjolan, mereka takut ketularan. Hanya penggilingan padi ini yang nerima saya kerja di sini.”
Namanya Pak Kholis, sudah 40 tahun hidup dengan benjolan di sekujur tubuh. Keadaan fisiknya membuat Pak Kholis sering dapat ejekan dari warga sekitar dan kesulitan mencari tempat kerja. Beberapa tahun Pak Kholis sempat terpuruk karena hal ini. Seiring berjalannya waktu, alhamdulillah Pak Kholis dapat kerja di penggilingan padi.
Tidak mudah hari-hari yang dijalani Pak Kholis. Setiap hari Pak Kholis harus beradu dengan terik matahari, menjemur padi, hingga memanggul puluhan karung hasil panenan. Tak jarang sewaktu bekerja sakit kulit Pak Kholis kumat, terik matahari menyengat membuat kulit Pak Kholis terasa sakit.
“Kalau kena panas sakit mas. Kulit saya sensitif.”
Namun Pak Kholis tidak menyerah. Perjuangan ini Pak Kholis lakukan demi bisa menghidupi keluarganya, termasuk biaya operasi anaknya. Anak Pak Kholis bernama Afif, ia mengalami kelainan tulang yang tumbuh di betisnya. Ingin sekali bisa melakukan operasi tapi tidak ada biaya. Alih-alih untuk biaya operasi, biaya makan sehari-hari saja hanya seadanya.
Meksi letih bekerja seharian tapi Pak Kholis tidak pernah lupa untuk shalat lima waktu. Berdoa dan berharap agar hari ini dapat rezeki yang cukup dan tubuhnya kuat untuk bekerja.
Pak Kholis percaya Allah SWT bersama hamba-Nya yang selalu bersabar.
Sepulang kerja, Pak Kholis sempatkan merawat anaknya dan bermain bersama. Sama seperti Pak Kholis, anaknya juga tidak punya banyak teman. Kelainan di kaki anaknya dan benjolan ditubuh Pak Kholis membuat banyak orang yang mengejek mereka.
“Afif, ayahnya monster.” teriak lantang ejekan seorang anak yang lewat di depan rumah Pak Kholis.
“Jangan malu dengan yang lain, nak. Allah SWT tidak melihat hamba-Nya dari fisik. Tapi dari hatinya.” Dengan lembut dan keriangan Pak Kholis merawat anaknya.
Letih, capek, dan sakit Pak Kholis sembunyikan di hadapan keluarga, agar anak dan istrinya terus bahagia dan tidak ikut merasakan sakitnya.
Bagikan tautan ke media sosial