Bu ai melahirkan bayi widia dengan normal dan berat badan kala itu 2,8 kg. Widia anak ke 3 dari 3 bersaudara. Kejadian berawal ketika 21 hari pasca lahiran, tepatnya jam 12 siang, widia kejang-kejang sekitar 15 menitan, lalu orang tuanya berinisiatif membawa ke emak paraji (istilah untuk dukun beranak di kampung). Lalu ketika sudah sampe, bayi widia langsung di urut, alhamdulillah demam dan kejang berhenti namun tak berselang lama terjadi kejang-kejang lagi. Kejadian itu terjadi selama 3 bulan terus menerus bayi widia kejang-kejang.
Akhirnya diusia 7 bulan widia dibawa ke dokter anak dan widia di vonis dokter mengidap penyakit hidrosefalus. Tentu kabar itu membuat orangtua widia kaget dan bingung, mengingat kondisi yg serba kurang, ayah widia hanya seorang penjual baso goreng (basreng) keliling. Tentu dengan pendapatan yg tidak tentu, hanya sekitar 50 ribu per hari, itupun pendapatan kotor. Sementara sang ibu hanya seorang ibu rumah tangga biasa, yg hanya bisa melihat kondisi anaknya yg seperti itu. Sambil menyusui widia sang ibu terkadang meneteskan air mata, sedih melihat keadaan anaknya yang seperti itu. Saat ini lingkaran kepala widia sudah mencapai 52 cm, tidak normal untuk anak seusianya, menurut dokter harus segera di tindak karna akan terus membesar jika di tindak segera mungkin, namun orang tua widia tidak memiliki biaya untuk membayar biaya rumah sakit untuk pengobatan widia.
Bu ai kebingungan karena, melihat 2 kakak widia yang sekarang sudah sekolah SD, belum lagi widia saat ini mengidap hydrochepalus. Untuk kebutuhan rumah pun sering kurang karena dengan ayahnya mendapatkan uang dari hasil jualan basreng tidak menentu. Bu ai berharap anaknya bisa sembuh sehat kembali seperti bayi yang lainya tumbuh dan berkembang dengan normal.
dari target Rp 120.000.000
Bu ai melahirkan bayi widia dengan normal dan berat badan kala itu 2,8 kg. Widia anak ke 3 dari 3 bersaudara. Kejadian berawal ketika 21 hari pasca lahiran, tepatnya jam 12 siang, widia kejang-kejang sekitar 15 menitan, lalu orang tuanya berinisiatif membawa ke emak paraji (istilah untuk dukun beranak di kampung). Lalu ketika sudah sampe, bayi widia langsung di urut, alhamdulillah demam dan kejang berhenti namun tak berselang lama terjadi kejang-kejang lagi. Kejadian itu terjadi selama 3 bulan terus menerus bayi widia kejang-kejang.
Akhirnya diusia 7 bulan widia dibawa ke dokter anak dan widia di vonis dokter mengidap penyakit hidrosefalus. Tentu kabar itu membuat orangtua widia kaget dan bingung, mengingat kondisi yg serba kurang, ayah widia hanya seorang penjual baso goreng (basreng) keliling. Tentu dengan pendapatan yg tidak tentu, hanya sekitar 50 ribu per hari, itupun pendapatan kotor. Sementara sang ibu hanya seorang ibu rumah tangga biasa, yg hanya bisa melihat kondisi anaknya yg seperti itu. Sambil menyusui widia sang ibu terkadang meneteskan air mata, sedih melihat keadaan anaknya yang seperti itu. Saat ini lingkaran kepala widia sudah mencapai 52 cm, tidak normal untuk anak seusianya, menurut dokter harus segera di tindak karna akan terus membesar jika di tindak segera mungkin, namun orang tua widia tidak memiliki biaya untuk membayar biaya rumah sakit untuk pengobatan widia.
Bu ai kebingungan karena, melihat 2 kakak widia yang sekarang sudah sekolah SD, belum lagi widia saat ini mengidap hydrochepalus. Untuk kebutuhan rumah pun sering kurang karena dengan ayahnya mendapatkan uang dari hasil jualan basreng tidak menentu. Bu ai berharap anaknya bisa sembuh sehat kembali seperti bayi yang lainya tumbuh dan berkembang dengan normal.
Bagikan tautan ke media sosial