Senyumnya merekah dan lelahnya pun sirna kala Ibu Istiqomah (26 Tahun) temui anaknya soleh (7 Tahun) sedang menunggu di depan pintu. Segera Ibu Istiqomah pun memeluknya sembari mencium keningnya.
Muhammad soleh (7 tahun), nama yang begitu elok seraut dengan muka polosnya, mata bulat, yang menggemaskan. Soleh dari kecil sudah tidak merasakan kasih sayang dari ayahnya, karena ayahnya sudah meninggal.
Awalnya Soleh adalah terlahir sehat tanpa suatu kurang apapun. Soleh bahkan tampak manis seperti anak pada umumnya. Namun di usianya menginjak 3 tahun, tiba-tiba ia tak bisa bergerak dan berbicara sama sekali, bahkan secara tiba-tiba Soleh mengalami kejang-kejang.
Karena tak kunjung sembuh, akhirnya ibunya, Ibu Istiqomah (26 tahun), membawa Soleh ke rumah sakit terdekat.
Sejak saat itu perkembangan mental dan fisik Soleh mulai menurun. Dokter menganjurkan Soleh harus rutin minum obat agar epilepsinya berangsur-angsur mereda. Soleh juga dianjurkan untuk terus kontrol agar perkembangan syarafnya semakin membaik.
Tubuhnya sedang kejang seolah memanggil ayahnya. Miris hati ini saat terpaksa harus berbisik pada Soleh, “Ayahmu udah ndak ada nak.” ujar ibu istiqomah
Namun apa daya. Ibu istiqomah hanya bekerja sebagai pengupas bawang merah yang penghasilannya hanya 10 Ribu sehari. Ibu Istiqomah tak sanggup untuk membiayai pengobatan Soleh. Beliau juga tak memiliki jaminan kesehatan untuk berobat.
“Saya sedih. Anak saya satu-satunya tidak bisa berobat. Tapi mau bagaimana lagi? saya sudah tidak punya apa-apa lagi. Uang saya tidak mencukupi untuk berobat.” ucap Ibu Istiqomah
Dulu waktu suaminya ibu istiqomah masih hidup soleh masih bisa berobat kerumah sakit. Tapi sekarang suami ibu Istiqomah sudah meninggal dan sekarang pemasukannya sekarang hanya 10 Ribu/hari.
Tubuh Soleh masih sangat kaku. Komunikasi pun masih seperti bayi, Soleh hanya bisa menangis hingga saat ini.
Setiap malam Ibunya terus berdoa agar terus diberi kesehatan yang rezeki yang cukup supaya bisa membawa anaknya berobat dirumah sakit.
dari target Rp 30.000.000
Senyumnya merekah dan lelahnya pun sirna kala Ibu Istiqomah (26 Tahun) temui anaknya soleh (7 Tahun) sedang menunggu di depan pintu. Segera Ibu Istiqomah pun memeluknya sembari mencium keningnya.
Muhammad soleh (7 tahun), nama yang begitu elok seraut dengan muka polosnya, mata bulat, yang menggemaskan. Soleh dari kecil sudah tidak merasakan kasih sayang dari ayahnya, karena ayahnya sudah meninggal.
Awalnya Soleh adalah terlahir sehat tanpa suatu kurang apapun. Soleh bahkan tampak manis seperti anak pada umumnya. Namun di usianya menginjak 3 tahun, tiba-tiba ia tak bisa bergerak dan berbicara sama sekali, bahkan secara tiba-tiba Soleh mengalami kejang-kejang.
Karena tak kunjung sembuh, akhirnya ibunya, Ibu Istiqomah (26 tahun), membawa Soleh ke rumah sakit terdekat.
Sejak saat itu perkembangan mental dan fisik Soleh mulai menurun. Dokter menganjurkan Soleh harus rutin minum obat agar epilepsinya berangsur-angsur mereda. Soleh juga dianjurkan untuk terus kontrol agar perkembangan syarafnya semakin membaik.
Tubuhnya sedang kejang seolah memanggil ayahnya. Miris hati ini saat terpaksa harus berbisik pada Soleh, “Ayahmu udah ndak ada nak.” ujar ibu istiqomah
Namun apa daya. Ibu istiqomah hanya bekerja sebagai pengupas bawang merah yang penghasilannya hanya 10 Ribu sehari. Ibu Istiqomah tak sanggup untuk membiayai pengobatan Soleh. Beliau juga tak memiliki jaminan kesehatan untuk berobat.
“Saya sedih. Anak saya satu-satunya tidak bisa berobat. Tapi mau bagaimana lagi? saya sudah tidak punya apa-apa lagi. Uang saya tidak mencukupi untuk berobat.” ucap Ibu Istiqomah
Dulu waktu suaminya ibu istiqomah masih hidup soleh masih bisa berobat kerumah sakit. Tapi sekarang suami ibu Istiqomah sudah meninggal dan sekarang pemasukannya sekarang hanya 10 Ribu/hari.
Tubuh Soleh masih sangat kaku. Komunikasi pun masih seperti bayi, Soleh hanya bisa menangis hingga saat ini.
Setiap malam Ibunya terus berdoa agar terus diberi kesehatan yang rezeki yang cukup supaya bisa membawa anaknya berobat dirumah sakit.
Bagikan tautan ke media sosial