Sedekah Jariyah Bantu Pondok Pesantren Rintisan

04 September 2022

Kecintaan terhadap Al Quran dan anak-anak mendorong Ustadz Muhammad Faidhurrahman, seorang pemuda 31 tahun membangun Pondok Pesantren di Kampung Kelahirannya, Banjarbaru Kalimantan Selatan.

Berawal dari seorang teman yang menitipkan dua anaknya agar diajarkan Al Quran pada September 2021, Ustadz Faidhur membuka pembelajaran Al Quran di sebuah rumah kontrakan di Jl Batas Kota. Berjalannya waktu, makin banyak anak-anak yang dititipkan kepadanya. Akhirnya, dibantu rekan-rekannya sesama alumni pondok pesantren di Jawa Timur, Ustadz Faidhur membuka Pondok Pesantren di rumah kontrakan tersebut.

Ternyata, begitu ponpes dibuka, makin hari makin banyak yang mendaftar jadi santri. Hingga saat ini (Juli 2022) ada 40 santri. Berusia dari 7 tahun hingga 18 tahun. Santri berusia kecil diajarkan baca Al Qur'an. Sedangkan yang cukup besar akan ditambah dengan bahasa arab dan ilmu-ilmu keislaman, dengan penekanan tentang Akhlak. Siapa saja yang mau belajar Al Qur'an dipersilahkan untuk masuk ke pondoknya. "Sebagian besar kalangan duafa, ada juga yang dari keluarga broken home, kami terima semua asal niatnya mau belajar," tutur Ustadz Faidur.

Tidak ada tarif tertentu untuk masuk ke Ponpes tersebut. Bagi yang tidak mampu digratiskan, sedangkan yang mampu dipersilahkan membayar seikhlasnya. Para pengajar yang berjumlah 13 orang kadang-kadang menerima upah, namun kerap juga tidak. Salah satu pengajar merangkap jadi pengasuh dan ada juga yang merangkap jadi koki. “Kami mencari barokah dari apa yang bisa kami lakukan saat ini,” ucap Ustadz Faidhur.

Ustadz Faidur juga menyampaikan bahwa apa yang mereka bangun adalah karena ingin mengabdi untuk masyarakat. Dan sejauh ini mereka belum punya nama untuk ponpes karena belum mendapatkan nama dari guru mereka. "Kami membangun sistem terlebih dahulu sebagai bentuk kesungguhan kami," terangnya.

Berjalannya waktu, kapasitas rumah kontrakan itu tak lagi sesuai dengan jumlah santri.Mereka terpaksa tidur berdesakan karena hanya ada dua ruangan untuk tidur. Sementara ruang belajar juga digunakan sebagai mushola. Teras rumah pun kadang berubah menjadi kelas untuk belajar.

”Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, dan anak shalih yang selalu mendo'akan orang tuanya.” (HR. Muslim).

 

Sahabat, mari alirkan kebaikan harta kita melalui sedekah jariyah untuk pembangunan Pondok Pesantren rintisan di Kalimantan Selatan.

 

Yuk patungan bantu pesantren rintisan dengan cara klik "DONASI" sekarang.


Belum ada update
Dana terkumpul

Rp 0

dari target Rp 348.060.270

 
  • 0
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Campaign telah berakhir/selesai
Yayasan Ruang Pelita Kalimantan
Donasi
Ayobantu Indonesia
AyoBantu Galang Dana

Jadi fundraiser untuk campaign ini

Gabung

Sedekah Jariyah Bantu Pondok Pesantren Rintisan Sosial

Dana terkumpul

Rp 0

 
Target: Rp Rp 348.060.270
  • 0
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Selesai
Campaign telah berakhir/selesai
04 September 2022

Kecintaan terhadap Al Quran dan anak-anak mendorong Ustadz Muhammad Faidhurrahman, seorang pemuda 31 tahun membangun Pondok Pesantren di Kampung Kelahirannya, Banjarbaru Kalimantan Selatan.

Berawal dari seorang teman yang menitipkan dua anaknya agar diajarkan Al Quran pada September 2021, Ustadz Faidhur membuka pembelajaran Al Quran di sebuah rumah kontrakan di Jl Batas Kota. Berjalannya waktu, makin banyak anak-anak yang dititipkan kepadanya. Akhirnya, dibantu rekan-rekannya sesama alumni pondok pesantren di Jawa Timur, Ustadz Faidhur membuka Pondok Pesantren di rumah kontrakan tersebut.

Ternyata, begitu ponpes dibuka, makin hari makin banyak yang mendaftar jadi santri. Hingga saat ini (Juli 2022) ada 40 santri. Berusia dari 7 tahun hingga 18 tahun. Santri berusia kecil diajarkan baca Al Qur'an. Sedangkan yang cukup besar akan ditambah dengan bahasa arab dan ilmu-ilmu keislaman, dengan penekanan tentang Akhlak. Siapa saja yang mau belajar Al Qur'an dipersilahkan untuk masuk ke pondoknya. "Sebagian besar kalangan duafa, ada juga yang dari keluarga broken home, kami terima semua asal niatnya mau belajar," tutur Ustadz Faidur.

Tidak ada tarif tertentu untuk masuk ke Ponpes tersebut. Bagi yang tidak mampu digratiskan, sedangkan yang mampu dipersilahkan membayar seikhlasnya. Para pengajar yang berjumlah 13 orang kadang-kadang menerima upah, namun kerap juga tidak. Salah satu pengajar merangkap jadi pengasuh dan ada juga yang merangkap jadi koki. “Kami mencari barokah dari apa yang bisa kami lakukan saat ini,” ucap Ustadz Faidhur.

Ustadz Faidur juga menyampaikan bahwa apa yang mereka bangun adalah karena ingin mengabdi untuk masyarakat. Dan sejauh ini mereka belum punya nama untuk ponpes karena belum mendapatkan nama dari guru mereka. "Kami membangun sistem terlebih dahulu sebagai bentuk kesungguhan kami," terangnya.

Berjalannya waktu, kapasitas rumah kontrakan itu tak lagi sesuai dengan jumlah santri.Mereka terpaksa tidur berdesakan karena hanya ada dua ruangan untuk tidur. Sementara ruang belajar juga digunakan sebagai mushola. Teras rumah pun kadang berubah menjadi kelas untuk belajar.

”Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, dan anak shalih yang selalu mendo'akan orang tuanya.” (HR. Muslim).

 

Sahabat, mari alirkan kebaikan harta kita melalui sedekah jariyah untuk pembangunan Pondok Pesantren rintisan di Kalimantan Selatan.

 

Yuk patungan bantu pesantren rintisan dengan cara klik "DONASI" sekarang.



Belum ada update

Harapan #TemanPeduli
Fundraiser
Gabung
Kamu juga bisa bantu: