Membayangkan untuk dirinya makan, Bu Suharti tak berpikir kesitu, ia jual balon tapi berpuasa, karena bila untung, ia akan kirimkan uangnya pada anaknya di kampung melalui perantaraan tetangga!
Di usia yang telah menembus angka enam puluh, dia masih bersemangat menjalani hari-harinya sebagai seorang tukang balon. Namun, di balik senyumnya yang ramah, tersembunyi perjuangan yang tak terlihat.
Enam tahun yang lalu, kehidupan Mbak Suharti terguncang oleh kepergian suaminya yang tercinta. Meninggalkannya sendiri bersama anaknya.
Meski kehilangan yang begitu besar, Mbak Suharti tidak pernah menyerah. Dia harus menjadi kuat untuk kedua anaknya, bahkan ketika penyakit asma menahunnya semakin menjadi-jadi.
Setiap hari, sebelum mentari naik di ufuk timur, Mbak Suharti sudah berada di pinggir jalan. Dia mengikat balon-balon warna-warni ke tangannya, tetapi hatinya penuh dengan semangat dan tekad.
Meskipun asmanya membuatnya sesak napas dan terengah-engah, dia bertahan demi memberikan kehidupan yang layak bagi kedua anaknya.
Sambil meniupkan balon-balon itu, Mbak Suharti membawa cerita-cerita kehidupan kepada anak-anak. Dia berbagi impian dan harapannya kepada mereka, meski kadang-kadang kehidupan menuntutnya untuk menghadapi kesulitan yang tidak terduga.
Meski badannya lelah dan asmanya semakin memburuk, Mbak Suharti terus berjuang. Dia mencari rezeki sebanyak mungkin, bahkan jika itu berarti harus menahan rasa sakit yang menyiksanya.
Namun, cintanya kepada anaknya, keinginannya untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi mereka, menguatkan langkahnya, membuatnya bertahan dalam badai kehidupan.
Kisah Mbak Suharti adalah cermin dari keberanian seorang ibu. Maukah kalian bantu Ibu sebatangkara penjual balon ini?
Kamu bisa bersedekah dengan cara:
Klik "DONASI SEKARANG"
Masukkan nominal donasi
Pilih Metode Pembayaran (GOPAY, Transfer Bank, Virtual Account, Kartu Kredit)
Segera transfer sesuai nominal jika menggunakan Transfer bank & Virtual Account
Membayangkan untuk dirinya makan, Bu Suharti tak berpikir kesitu, ia jual balon tapi berpuasa, karena bila untung, ia akan kirimkan uangnya pada anaknya di kampung melalui perantaraan tetangga!
Di usia yang telah menembus angka enam puluh, dia masih bersemangat menjalani hari-harinya sebagai seorang tukang balon. Namun, di balik senyumnya yang ramah, tersembunyi perjuangan yang tak terlihat.
Enam tahun yang lalu, kehidupan Mbak Suharti terguncang oleh kepergian suaminya yang tercinta. Meninggalkannya sendiri bersama anaknya.
Meski kehilangan yang begitu besar, Mbak Suharti tidak pernah menyerah. Dia harus menjadi kuat untuk kedua anaknya, bahkan ketika penyakit asma menahunnya semakin menjadi-jadi.
Setiap hari, sebelum mentari naik di ufuk timur, Mbak Suharti sudah berada di pinggir jalan. Dia mengikat balon-balon warna-warni ke tangannya, tetapi hatinya penuh dengan semangat dan tekad.
Meskipun asmanya membuatnya sesak napas dan terengah-engah, dia bertahan demi memberikan kehidupan yang layak bagi kedua anaknya.
Sambil meniupkan balon-balon itu, Mbak Suharti membawa cerita-cerita kehidupan kepada anak-anak. Dia berbagi impian dan harapannya kepada mereka, meski kadang-kadang kehidupan menuntutnya untuk menghadapi kesulitan yang tidak terduga.
Meski badannya lelah dan asmanya semakin memburuk, Mbak Suharti terus berjuang. Dia mencari rezeki sebanyak mungkin, bahkan jika itu berarti harus menahan rasa sakit yang menyiksanya.
Namun, cintanya kepada anaknya, keinginannya untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi mereka, menguatkan langkahnya, membuatnya bertahan dalam badai kehidupan.
Kisah Mbak Suharti adalah cermin dari keberanian seorang ibu. Maukah kalian bantu Ibu sebatangkara penjual balon ini?
Kamu bisa bersedekah dengan cara:
Klik "DONASI SEKARANG"
Masukkan nominal donasi
Pilih Metode Pembayaran (GOPAY, Transfer Bank, Virtual Account, Kartu Kredit)
Segera transfer sesuai nominal jika menggunakan Transfer bank & Virtual Account
Bagikan tautan ke media sosial