Setelah 12 tahun ia menanti harap dari atas alas tidurnya dengan kedipan mata pelan dan gestur tubuh kakunya, setelah banyak daging dan nutrisi yang ia habiskan untuk bertahan hidup hingga tersisa tulang dibalut kulit ini, bisakah ia dapatkan jawabannya sekarang?
Perkenalkan adik kecil satu ini namanya Jeni Oktari. Siapa sangka, adik bertubuh kecil dan ringkih ini ternyata sudah 12 tahun bertahan hidup dengan kondisi tubuh terbujur kaku dan belum bisa apa-apa.
Pak Ramli dan Bu Asniyah selaku orang tua sudah mencoba berikan yang terbaik untuk anaknya. Tapi jangankan memperhatikan nutrisi dan perawatan kesehatan, bisa bertahan dari hari ke hari saja mereka sudah bersyukur.
“Dulu sempat kami bawa Jeni ke rumah sakit waktu umur 4 bulan, tapi ternyata banyak yang harus dilakukan dan kami tidak punya uang lagi. Setelah itu kami tidak pernah ke rumah sakit lagi karena tidak ada uangnya, bukannya kami tidak mau bawa Jeni berobat, Pak..” cerita Bu Asniyah. Ia jujur sedih jika orang menganggapnya tidak ingin merawat anak sakit dan membiarkannya begitu saja.
“Kasihan anak kami sudah lama menunggu sembuh. Maafkan ibu ya, Nak..” lirih Bu Asniyah sembari mengusap lembut Jeni.
Meski dengan banyak keterbatasan untuk biaya hidup dari buruh tani, Bu Asniyah masih menyimpan harapan untuk kesembuhan anaknya.
dari target Rp 100.000.000
Setelah 12 tahun ia menanti harap dari atas alas tidurnya dengan kedipan mata pelan dan gestur tubuh kakunya, setelah banyak daging dan nutrisi yang ia habiskan untuk bertahan hidup hingga tersisa tulang dibalut kulit ini, bisakah ia dapatkan jawabannya sekarang?
Perkenalkan adik kecil satu ini namanya Jeni Oktari. Siapa sangka, adik bertubuh kecil dan ringkih ini ternyata sudah 12 tahun bertahan hidup dengan kondisi tubuh terbujur kaku dan belum bisa apa-apa.
Pak Ramli dan Bu Asniyah selaku orang tua sudah mencoba berikan yang terbaik untuk anaknya. Tapi jangankan memperhatikan nutrisi dan perawatan kesehatan, bisa bertahan dari hari ke hari saja mereka sudah bersyukur.
“Dulu sempat kami bawa Jeni ke rumah sakit waktu umur 4 bulan, tapi ternyata banyak yang harus dilakukan dan kami tidak punya uang lagi. Setelah itu kami tidak pernah ke rumah sakit lagi karena tidak ada uangnya, bukannya kami tidak mau bawa Jeni berobat, Pak..” cerita Bu Asniyah. Ia jujur sedih jika orang menganggapnya tidak ingin merawat anak sakit dan membiarkannya begitu saja.
“Kasihan anak kami sudah lama menunggu sembuh. Maafkan ibu ya, Nak..” lirih Bu Asniyah sembari mengusap lembut Jeni.
Meski dengan banyak keterbatasan untuk biaya hidup dari buruh tani, Bu Asniyah masih menyimpan harapan untuk kesembuhan anaknya.
Bagikan tautan ke media sosial