Pak Aziz (59th) seorang pedagang cilok tunawicara yang tak pernah lelah berjuang di kota Bandung.
Sejak tahun 2016, pak Aziz dan istrinya menyambung hidup dengan berjualan. Dulu mereka berdagang gorengan, namun saat masa kontrak habis dan tak lagi sanggup membayar sewa, mereka pindah ke sebuah rumah mungil di Cinunuk. Di sanalah mereka memulai kembali dari nol, berulang kali mengganti jenis dagangan karena modal yang tak pernah cukup.
Setiap hari ia bersama istri bangun pukul 2 pagi untuk mempersiapkan dagangan: cilok seharga Rp5.000 dan puding Rp2.500. Lalu Pak Aziz mengayuh sepeda hingga ke Gedung Sate, berkeliling dari pagi hingga petang, menawarkan dagangan tanpa kata, hanya dengan senyum dan isyarat sederhana.
Dalam sebulan, mereka hanya mengantongi sekitar Rp80.000 hingga Rp100.000, jumlah yang jauh dari cukup. Namun hebatnya, setiap hari Jumat, tanpa memikirkan untung, mereka menyisihkan dagangan untuk dibagikan gratis di masjid-masjid,
Berbeda dengan Pak Zai, seorang pejuang kehidupan yang tak kenal menyerah, hidup dengan keterbatasan fisik sejak lahir. Kakinya tidak sempurna, membuatnya tak bisa berjalan normal. Meski begitu, ia menolak menyerah pada keadaan.
Pak Zai berjualan dengan motor tua yang sudah ia miliki selama bertahun-tahun. Motornya adalah alat utama yang membantu Pak Zai berjualan keliling. Dengan motor tua, ia mendatangi sekolah-sekolah, menawarkan dagangannya dari pagi hingga sore.
Motor tersebut adalah “kaki” bagi Pak Zai, memberinya mobilitas di tengah keterbatasannya. Namun, nasib tak selalu berpihak, motor itu sering rusak parah dan kini tak lagi bisa dipakai, memaksanya untuk merangkak agar tetap bisa berjualan.
Namun, keterbatasan fisik dan rusaknya motor tidak mematahkan semangat Pak Zai. Ia tidak ingin bergantung pada belas kasihan orang lain. Baginya, berjuang sendiri adalah bentuk kehormatan.
Bahkan tanpa motor, ia tetap berkeliling berjualan dengan merangkak. Meskipun hanya mendapatkan penghasilan harian yang tak menentu, sekitar Rp 80.000 ribu hingga Rp100.000 ribu, Pak Zai terus berusaha, melawan keterbatasan dengan tekad baja.
Motor pak Zai didesign untuk khusus agar memudahkan pak Zai menggunakannya, namun kondisi motor nya saat ini sangat usang dan rusak. Saat ini, dan motornya sudah sama sekali tidak bisa dipakai.
Beliau ingin sekali punya motor yang kondisi baik tentunya walau bukan motor baru pun tidak masalah. Tapi, dengan kondisi nya saat ini, punya motor seperti itu tentu jauh dari impiannya.
Pak Zai adalah contoh luar biasa dari keteguhan hati. Ia menunjukkan bahwa meskipun hidup penuh dengan tantangan, dengan semangat yang kuat, seseorang bisa tetap berdiri tegak, meski harus merangkak.
Inilah kisah inspiratif dari seorang yang menolak untuk dikasihani dan memilih untuk terus berjuang ditengah keterbatasan. Yuk bersedekah sekarang untuk bantu berikan modal usaha untuk disabilitas dengan cara:
Informasi & Konfirmasi Donasi
Whatsapp Center 0821-2388-2676
________________________
Kantor Relawan Nusantara
Jl. Malangbong Residence, Antapani Wetan C2-C3,
Kec. Antapani, Kota Bandung, Jawa Barat 40291
Izin Lembaga Sosial:
Pak Aziz (59th) seorang pedagang cilok tunawicara yang tak pernah lelah berjuang di kota Bandung.
Sejak tahun 2016, pak Aziz dan istrinya menyambung hidup dengan berjualan. Dulu mereka berdagang gorengan, namun saat masa kontrak habis dan tak lagi sanggup membayar sewa, mereka pindah ke sebuah rumah mungil di Cinunuk. Di sanalah mereka memulai kembali dari nol, berulang kali mengganti jenis dagangan karena modal yang tak pernah cukup.
Setiap hari ia bersama istri bangun pukul 2 pagi untuk mempersiapkan dagangan: cilok seharga Rp5.000 dan puding Rp2.500. Lalu Pak Aziz mengayuh sepeda hingga ke Gedung Sate, berkeliling dari pagi hingga petang, menawarkan dagangan tanpa kata, hanya dengan senyum dan isyarat sederhana.
Dalam sebulan, mereka hanya mengantongi sekitar Rp80.000 hingga Rp100.000, jumlah yang jauh dari cukup. Namun hebatnya, setiap hari Jumat, tanpa memikirkan untung, mereka menyisihkan dagangan untuk dibagikan gratis di masjid-masjid,
Berbeda dengan Pak Zai, seorang pejuang kehidupan yang tak kenal menyerah, hidup dengan keterbatasan fisik sejak lahir. Kakinya tidak sempurna, membuatnya tak bisa berjalan normal. Meski begitu, ia menolak menyerah pada keadaan.
Pak Zai berjualan dengan motor tua yang sudah ia miliki selama bertahun-tahun. Motornya adalah alat utama yang membantu Pak Zai berjualan keliling. Dengan motor tua, ia mendatangi sekolah-sekolah, menawarkan dagangannya dari pagi hingga sore.
Motor tersebut adalah “kaki” bagi Pak Zai, memberinya mobilitas di tengah keterbatasannya. Namun, nasib tak selalu berpihak, motor itu sering rusak parah dan kini tak lagi bisa dipakai, memaksanya untuk merangkak agar tetap bisa berjualan.
Namun, keterbatasan fisik dan rusaknya motor tidak mematahkan semangat Pak Zai. Ia tidak ingin bergantung pada belas kasihan orang lain. Baginya, berjuang sendiri adalah bentuk kehormatan.
Bahkan tanpa motor, ia tetap berkeliling berjualan dengan merangkak. Meskipun hanya mendapatkan penghasilan harian yang tak menentu, sekitar Rp 80.000 ribu hingga Rp100.000 ribu, Pak Zai terus berusaha, melawan keterbatasan dengan tekad baja.
Motor pak Zai didesign untuk khusus agar memudahkan pak Zai menggunakannya, namun kondisi motor nya saat ini sangat usang dan rusak. Saat ini, dan motornya sudah sama sekali tidak bisa dipakai.
Beliau ingin sekali punya motor yang kondisi baik tentunya walau bukan motor baru pun tidak masalah. Tapi, dengan kondisi nya saat ini, punya motor seperti itu tentu jauh dari impiannya.
Pak Zai adalah contoh luar biasa dari keteguhan hati. Ia menunjukkan bahwa meskipun hidup penuh dengan tantangan, dengan semangat yang kuat, seseorang bisa tetap berdiri tegak, meski harus merangkak.
Inilah kisah inspiratif dari seorang yang menolak untuk dikasihani dan memilih untuk terus berjuang ditengah keterbatasan. Yuk bersedekah sekarang untuk bantu berikan modal usaha untuk disabilitas dengan cara:
Informasi & Konfirmasi Donasi
Whatsapp Center 0821-2388-2676
________________________
Kantor Relawan Nusantara
Jl. Malangbong Residence, Antapani Wetan C2-C3,
Kec. Antapani, Kota Bandung, Jawa Barat 40291
Izin Lembaga Sosial:
Bagikan tautan ke media sosial