Mbok Kustini, hampir selama hidupnya menjadi pemulung rongsok.
Bukan karena keinginannya, tapi kerasnya kehidupan yang membuatnya demikian. Setiap hari, mbok Kustini berjalan puluhan kilometer mencari memanggul hasil rongsoknya hanya dengan memakai karung yang sudah lusuh, tak jauh beda dengan pakaiannya setiap hari.
Kadang, seringkali saya lihat beliau berjalan lunglai, sambil dipegangi oleh anaknya yang gangguan mental. Ketika itu ternyata beliau sedang sakit, namun masih memaksakan diri untuk mencari botol plastik bekas disepanjang jalan. Keinginan mbok Kustini hanya ingin hidup lebih layak, tinggal dikontrakan yang lebih nyaman dan tidak terkena banjir. Namun apalah dayanya, penghasilannya menjadi pemulung hanya cukup untuk makan sehari-hari dan membayar kontrakan sebesar Rp. 80.000/bulan.
Ayo #TemanPeduli, bantu ringankan beban ekonomi para pemulung dengan cara :
dari target ∞ tidak terbatas
Mbok Kustini, hampir selama hidupnya menjadi pemulung rongsok.
Bukan karena keinginannya, tapi kerasnya kehidupan yang membuatnya demikian. Setiap hari, mbok Kustini berjalan puluhan kilometer mencari memanggul hasil rongsoknya hanya dengan memakai karung yang sudah lusuh, tak jauh beda dengan pakaiannya setiap hari.
Kadang, seringkali saya lihat beliau berjalan lunglai, sambil dipegangi oleh anaknya yang gangguan mental. Ketika itu ternyata beliau sedang sakit, namun masih memaksakan diri untuk mencari botol plastik bekas disepanjang jalan. Keinginan mbok Kustini hanya ingin hidup lebih layak, tinggal dikontrakan yang lebih nyaman dan tidak terkena banjir. Namun apalah dayanya, penghasilannya menjadi pemulung hanya cukup untuk makan sehari-hari dan membayar kontrakan sebesar Rp. 80.000/bulan.
Ayo #TemanPeduli, bantu ringankan beban ekonomi para pemulung dengan cara :
Bagikan tautan ke media sosial