Saya Arkin Tri (45 tahun). Tepat 2 tahun lalu, saya merasakan sakit pinggang yang membuat saya tidak kuat duduk lama. Saya kira ini sakit biasa, bahkan ketika payudara saya mengeluarkan ASI, saya tidak curiga kalau ini awal mula kanker payudara menyerang saya.
Lama kelamaan kondisi saya semakin parah. Saya tidak bisa berjalan karena tulang kaki kiri saya keropos. Saya pun dibawa oleh keluarga ke RSUD Dr. Sosodoro Bojonegoro. Lalu, saya langsung mendapatkan vonis kanker payudara stadium 4. Akhirnya, saya dirujuk ke Rumah Sakit Semen Gresik.
Semenjak divonis kanker payudara, sudah 7 bulan saya tidak bisa berjalan dan baru menjalani pengobatan kemoterapi, karena memang terkendala biaya. Berat bagi saya karena harus melalui semuanya tanpa didampingi suami. Dulu, suamilah yang membayar semua pengobatan saya. Sampai ia rela mengabaikan dan menahan penyakit infeksi tulangnya demi saya agar bisa terus berobat dan sembuh.
Suami saya lebih mementingkan pengobatan saya sampai akhirnya ia harus menyerah, tubuhnya sudah tidak kuat lagi. Dia pun berpulang ke Yang Maha Kuasa di awal Februari 2023. Saya pun sekarang terpaksa tinggal bersama ibu saya di Bojonegoro. Ibu sayalah yang rela menggantikan peran suami dalam membayar biaya pengobatan saat ini.
Gaji pensiunan ibu hanya sebesar Rp 1.600.000, tentunya tidak cukup untuk biaya transportasi 2 kali kemoterapi dalam sebulan. Maka dari itu, ibu saya juga sudah tidak sanggup membiayai saya, dan banyak berhutang ke sana-kemari demi anaknya ini.
Kami sudah berusaha berobat alternatif kemana saja sampai semua harta kami di rumah sudah habis terjual dan tidak ada lagi yang bisa dijual. Sementara, saya memiliki anak yang masih butuh biaya sekolah. Saya ingin sembuh dan bertahan hidup supaya anak saya, Ade, yang sekarang sedang PKL, terus semangat dalam belajar dan mengejar cita-citanya.
Oleh karena itu, saya sungguh mengharapkan uluran tangan bapak/ibu yang dermawan untuk menyisihkan sedikit rezeki untuk pengobatan saya.
dari target Rp 75.000.000
Saya Arkin Tri (45 tahun). Tepat 2 tahun lalu, saya merasakan sakit pinggang yang membuat saya tidak kuat duduk lama. Saya kira ini sakit biasa, bahkan ketika payudara saya mengeluarkan ASI, saya tidak curiga kalau ini awal mula kanker payudara menyerang saya.
Lama kelamaan kondisi saya semakin parah. Saya tidak bisa berjalan karena tulang kaki kiri saya keropos. Saya pun dibawa oleh keluarga ke RSUD Dr. Sosodoro Bojonegoro. Lalu, saya langsung mendapatkan vonis kanker payudara stadium 4. Akhirnya, saya dirujuk ke Rumah Sakit Semen Gresik.
Semenjak divonis kanker payudara, sudah 7 bulan saya tidak bisa berjalan dan baru menjalani pengobatan kemoterapi, karena memang terkendala biaya. Berat bagi saya karena harus melalui semuanya tanpa didampingi suami. Dulu, suamilah yang membayar semua pengobatan saya. Sampai ia rela mengabaikan dan menahan penyakit infeksi tulangnya demi saya agar bisa terus berobat dan sembuh.
Suami saya lebih mementingkan pengobatan saya sampai akhirnya ia harus menyerah, tubuhnya sudah tidak kuat lagi. Dia pun berpulang ke Yang Maha Kuasa di awal Februari 2023. Saya pun sekarang terpaksa tinggal bersama ibu saya di Bojonegoro. Ibu sayalah yang rela menggantikan peran suami dalam membayar biaya pengobatan saat ini.
Gaji pensiunan ibu hanya sebesar Rp 1.600.000, tentunya tidak cukup untuk biaya transportasi 2 kali kemoterapi dalam sebulan. Maka dari itu, ibu saya juga sudah tidak sanggup membiayai saya, dan banyak berhutang ke sana-kemari demi anaknya ini.
Kami sudah berusaha berobat alternatif kemana saja sampai semua harta kami di rumah sudah habis terjual dan tidak ada lagi yang bisa dijual. Sementara, saya memiliki anak yang masih butuh biaya sekolah. Saya ingin sembuh dan bertahan hidup supaya anak saya, Ade, yang sekarang sedang PKL, terus semangat dalam belajar dan mengejar cita-citanya.
Oleh karena itu, saya sungguh mengharapkan uluran tangan bapak/ibu yang dermawan untuk menyisihkan sedikit rezeki untuk pengobatan saya.
Bagikan tautan ke media sosial