ANAK PENJUAL MAKARONI JALANAN, TAK MAMPU OPERASI CINDY HIDROSEPALUS

13 August 2022

Dari kejauhan, terlihat seorang Ibu tengah berjualan di pinggir ruko SPBU. Jualan makaroninya ditaruh di depan, di atas keranjang. Sebagian disimpan di dalam plastik hitam. 

Sekilas nampak seperti penjual makanan pada umumnya, namun kalau diperhatikan ternyata ada yang berbeda. Ibu itu tidak sendirian. Di lantai sebelah sang Ibu duduk terhampar kain tipis yang di atasnya ada seorang anak sedang berbaring. Sekali-kali sang anak bergumam tidak jelas. Namun senyum terus terbit di wajahnya. 

Sang Ibu yang sedang melayani pelanggan hanya menengok sekilas sambil mencoba mengusap kepala sang anak yang besar. Jauh dari kata normal. Kepalanya besar sekali namun badannya sangat kecil. Ada apa?

Ya, anak itu bernama Cindi. Umurnya menginjak 8 tahun. Dan seumur hidupnya ia terus menderita penyakit Hidrosefalus yang sampai detik ini belum kunjung sembuh. 

Ibu yang berjualan di sebelahnya ada Ibunya. Mau tidak mau sang Ibu harus membawa Dik Cindi berjualan karena tidak ada lagi yang bisa menjaganya di rumah. Sang Ayah juga harus bekerja menjadi seorang office boy di salah satu sekolah. 

Setiap hari, digendongnya Cindi menuju ruko SPBU yang jadi tempat mangkalnya. Digelarnya kain tipis untuk alas Cindi tidur. Tak lelah beliau menawarkan jajanan makaroninya ke semua orang yang mampir ke SPBU. 

“Beli makaroninya, Pak, Bu.” Beberapa banyak yang membeli. Namun ada juga yang hanya melihat dan pergi.

Dalam sehari kira-kira Ibu Cindi bisa mendapat Rp30ribu-40ribu. Memang tidak banyak, tapi lebih baik daripada tidak melakukan apapun demi pengobatan Cindi. Ya, kondisi Cindi makin parah dan harus dibawa operasi secepatnya.

Awalnya, Cindi tumbuh sehat dan normal. Tidak kurang suatu apapun. Hingga begitu menginjak umur 4 bulan, Dik Cindi demam hebat dan kejang-kejang. Ukuran kepala Cindi pun makin hari makin membesar. Berbekal pinjaman sana sini, orangtua Cindi pun akhirnya membawa buah hatinya berobat ke Dokter.

Betapa terkejutnya orangtua Cindi begitu tahu bahwa penyakit yang menyerang Cindi adalah hidrosefalus! 

Terlebih Dokter langsung menyarankan Cindi untuk segera melakukan perawatan dan operasi. Karena semakin dibiarkan, kondisi Cindi akan semakin membahayakan.

Namun bagaimana cara kedua orangtua Cindi dengan upah seadanya itu bisa membawa sang buah hati langsung operasi?

 

Setelah melakukan segala cara dan dibantu oleh kerabat, Cindi berhasil melakukan operasi pertama. Yaitu operasi pemasangan selang di bawah telinga untuk mengeluarkan cairan di kepala. Namun, operasi tidak berhenti sampai di situ saja karena masih banyak cairan yang menumpuk di dalam kepala Dik Cindi. Dik Cindi harus melakukan operasi berkali-kali lagi untuk bisa benar-benar sembuh.

Sahabat, bertahun berlalu, kondisi Dik Cindi makin hari makin memprihatinkan. Hidrosefalus membuat Dik Cindi tidak bisa bertumbuh seperti layaknya anak kecil seusianya. 

Di umur 8 tahun ini, Dik Cindi tidak bisa berjalan. Badannya mengecil dengan kepalanya yang membesar. Ia nampak sulit menahan beban berat yang ada di kepala. Dik Cindi lebih sering berbaring atau digendong orangtuanya.

Bicara? Melihat? Tidak bisa. Dik Cindi hanya bisa menggumam tanpa bisa mengatakan kata yang jelas. Penglihatannya pun tidak berfungsi dengan baik. Bola matanya sering bergerak ke sana ke mari tidak beraturan. 

Sedih sekali. Baik Ibu dan Ayah Cindi sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencari biaya berobat Dik Cindi yang bahkan hampir mencapai ratusan juta. Namun upah mereka berdua sehari-hari paling hanya bisa untuk makan. Itu pun orangtua Dik Cindi sudah sering tahan lapar demi menabung biaya pengobatan. Namun tetap saja, mereka masih kesulitan.

“Sebelum kerja saya selalu berdoa, YaAllah semoga hari ini laku banyak supaya uangnya bisa buat Cindi operasi.. YaAllah saya gak tega tiap hari liat Cindi kesakitan yaAllah. Tolong bantu kami sembuhkan Cindi..” ujar Ibu Dik Cindi sambil berurai air mata.

Sahabat, Dik Cindi masih sangat muda untuk harus merasakan sakit yang luar biasa. Jangan biarkan air matanya terus menetes karena menahan sakit. 


Belum ada update
Dana terkumpul

Rp 110.000

dari target Rp 150.000.000

 
  • 2
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Campaign telah berakhir/selesai
Yayasan Misykat Cahaya ilahi
Donasi
Ayobantu Indonesia
AyoBantu Galang Dana

Jadi fundraiser untuk campaign ini

Gabung

ANAK PENJUAL MAKARONI JALANAN, TAK MAMPU OPERASI CINDY HIDROSEPALUS Kesehatan

Dana terkumpul

Rp 110.000

 
Target: Rp Rp 150.000.000
  • 2
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Selesai
Campaign telah berakhir/selesai
13 August 2022

Dari kejauhan, terlihat seorang Ibu tengah berjualan di pinggir ruko SPBU. Jualan makaroninya ditaruh di depan, di atas keranjang. Sebagian disimpan di dalam plastik hitam. 

Sekilas nampak seperti penjual makanan pada umumnya, namun kalau diperhatikan ternyata ada yang berbeda. Ibu itu tidak sendirian. Di lantai sebelah sang Ibu duduk terhampar kain tipis yang di atasnya ada seorang anak sedang berbaring. Sekali-kali sang anak bergumam tidak jelas. Namun senyum terus terbit di wajahnya. 

Sang Ibu yang sedang melayani pelanggan hanya menengok sekilas sambil mencoba mengusap kepala sang anak yang besar. Jauh dari kata normal. Kepalanya besar sekali namun badannya sangat kecil. Ada apa?

Ya, anak itu bernama Cindi. Umurnya menginjak 8 tahun. Dan seumur hidupnya ia terus menderita penyakit Hidrosefalus yang sampai detik ini belum kunjung sembuh. 

Ibu yang berjualan di sebelahnya ada Ibunya. Mau tidak mau sang Ibu harus membawa Dik Cindi berjualan karena tidak ada lagi yang bisa menjaganya di rumah. Sang Ayah juga harus bekerja menjadi seorang office boy di salah satu sekolah. 

Setiap hari, digendongnya Cindi menuju ruko SPBU yang jadi tempat mangkalnya. Digelarnya kain tipis untuk alas Cindi tidur. Tak lelah beliau menawarkan jajanan makaroninya ke semua orang yang mampir ke SPBU. 

“Beli makaroninya, Pak, Bu.” Beberapa banyak yang membeli. Namun ada juga yang hanya melihat dan pergi.

Dalam sehari kira-kira Ibu Cindi bisa mendapat Rp30ribu-40ribu. Memang tidak banyak, tapi lebih baik daripada tidak melakukan apapun demi pengobatan Cindi. Ya, kondisi Cindi makin parah dan harus dibawa operasi secepatnya.

Awalnya, Cindi tumbuh sehat dan normal. Tidak kurang suatu apapun. Hingga begitu menginjak umur 4 bulan, Dik Cindi demam hebat dan kejang-kejang. Ukuran kepala Cindi pun makin hari makin membesar. Berbekal pinjaman sana sini, orangtua Cindi pun akhirnya membawa buah hatinya berobat ke Dokter.

Betapa terkejutnya orangtua Cindi begitu tahu bahwa penyakit yang menyerang Cindi adalah hidrosefalus! 

Terlebih Dokter langsung menyarankan Cindi untuk segera melakukan perawatan dan operasi. Karena semakin dibiarkan, kondisi Cindi akan semakin membahayakan.

Namun bagaimana cara kedua orangtua Cindi dengan upah seadanya itu bisa membawa sang buah hati langsung operasi?

 

Setelah melakukan segala cara dan dibantu oleh kerabat, Cindi berhasil melakukan operasi pertama. Yaitu operasi pemasangan selang di bawah telinga untuk mengeluarkan cairan di kepala. Namun, operasi tidak berhenti sampai di situ saja karena masih banyak cairan yang menumpuk di dalam kepala Dik Cindi. Dik Cindi harus melakukan operasi berkali-kali lagi untuk bisa benar-benar sembuh.

Sahabat, bertahun berlalu, kondisi Dik Cindi makin hari makin memprihatinkan. Hidrosefalus membuat Dik Cindi tidak bisa bertumbuh seperti layaknya anak kecil seusianya. 

Di umur 8 tahun ini, Dik Cindi tidak bisa berjalan. Badannya mengecil dengan kepalanya yang membesar. Ia nampak sulit menahan beban berat yang ada di kepala. Dik Cindi lebih sering berbaring atau digendong orangtuanya.

Bicara? Melihat? Tidak bisa. Dik Cindi hanya bisa menggumam tanpa bisa mengatakan kata yang jelas. Penglihatannya pun tidak berfungsi dengan baik. Bola matanya sering bergerak ke sana ke mari tidak beraturan. 

Sedih sekali. Baik Ibu dan Ayah Cindi sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencari biaya berobat Dik Cindi yang bahkan hampir mencapai ratusan juta. Namun upah mereka berdua sehari-hari paling hanya bisa untuk makan. Itu pun orangtua Dik Cindi sudah sering tahan lapar demi menabung biaya pengobatan. Namun tetap saja, mereka masih kesulitan.

“Sebelum kerja saya selalu berdoa, YaAllah semoga hari ini laku banyak supaya uangnya bisa buat Cindi operasi.. YaAllah saya gak tega tiap hari liat Cindi kesakitan yaAllah. Tolong bantu kami sembuhkan Cindi..” ujar Ibu Dik Cindi sambil berurai air mata.

Sahabat, Dik Cindi masih sangat muda untuk harus merasakan sakit yang luar biasa. Jangan biarkan air matanya terus menetes karena menahan sakit. 



Belum ada update

Harapan #TemanPeduli
Fundraiser
Gabung
Kamu juga bisa bantu: