Saya adalah ibu dari seorang anak yg bernama Asih Khoerunisa, anak ke 2 dari 3 bersaudara. Pada saat Asih lahir, terlihat Asih kesulitan untuk bernafas lalu saya dan suami pun membawa Asih untuk berobat ke rumah sakit. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter mendiagnosa bahwa Asih mengidap penyakit infeksi paru-paru di saat ia baru menginjak usia 1 bulan.

Tidak lama sejak dibawa pulang dari rumah sakit, Asih mengalami kejang-kejang sehinggga saya dan suami pun terpaksa kembali membawa Asih pergi ke rumah sakit untuk menerima tindakan, alhasil setelah dokter memeriksa Asih harus dirawat inap di ruangan NICU selama 3 hari .

Pada saat Asih menginjak usia 1 tahun, saya dan suami melihat ada kejanggalan di bibir bagian atas, terlihat seperti benjolan. Melihat benjolan tersebut saya dan suami memutuskan untuk membawa Asih pergi ke rumah sakit guna memeriksakan benjolan tersebut. Lalu dokter pun mendiagnosa bahwa Asih mengidap tumor pecah pembulu darah di bagian bibir atasnya,

Keluarga pun sangat terkejut mendengar perkataan dokter tersebut, dokter menyarankan untuk segera melakukan tindakan operasi agar pembulu darah yang pecah tidak semakin menyebar kemana-mana, saya dan suami pun mengizinkan Asih untuk melakukan tindakan operasi walaupun dia baru berusia 1 tahun pada saat itu.

Sekarang Asih sudah menginjak usia 7 tahun, namun tumor yang dulu telah dioperasi kambuh kembali dan semakin memburuk, bersamaan dengan sakitnya anak ke 3 saya yang sedang mengidap penyakit hisprung, sedangkan kondisi ekonomi keluarga kami tidak berkecukupan ,

Suami yang hanya berjualan minuman di kantin sekolah harus menghidupi keluarga dan membiaya pengobatan 2 anaknya yang sedang sakit .

Dengan biaya yang sangat besar untuk pengobatan 2 anak saya sedangkan penghasilan suami saya hanya untung 60 rb per hari itupun bila banyak yang membeli.