Demi bisa Berobat, Pejuang Kanker Berdagang Asongan di Tepi Jalan

19 July 2023

Namaku Adi Saputra, saat ini usiaku 22 tahun. Setelah kedua orangtuaku bercerai, aku tinggal dan dirawat oleh nenek dan kakeku sejak aku berusia delapan bulan.  kini kakek Nenek sudah semakin renta sering sakit-sakitan.


Keinginan terbesarku adalah membayar kebaikan dari nenek dan kakek yang telah mendampingiku selama ini. Saat aku lulus sekolah menengah atas, harapan besar timbul dalam diriku. “inilah saatnya aku membalas kebaikan mereka”. Itulah pikiran yang terbersit dalam benakku.


Namun semua harapan itu seakan sirna saat aku merasakan rasa sakit hebat di kepalaku, telingaku berdenging terus menerus. Nafasku terasa semakin berat hingga sering tidak sadarkan diri, dan kini aku mulai kesulitan untuk berbicara.

Sekuatnya Aku mencoba menahan rasa sakit itu, tidak ingin membuat mereka sedih, akupun berusaha menyembunyikannya dari keluargaku. Namun sayangnya tubuhku tak mampu lagi bertahan. Seluruh tubuhku bergetar, darahpun meluncur dari kedua hidungku seiring dengan rubuhnya tubuhku ini. 


Runtuh angan dan harapanku untuk membalas kebaikan Nenek dan Kakek saat aku mendengar vonis dokter. Aku divonis menderita Kanker Nasofaring. Ya Tuhan kasihan Nenek dan Kakek seharusnya mereka sudah aku bahagiakan namun kini aku hanya merepotkan mereka terus. 

Rasanya aku hanya menjadi beban bagi mereka sejak kecil. Sejak vonis dokter tersebut aku mulai menjalani proses Radioterapi dan Kemoterapi. Meski pengobatanku di cover BPJS, namun untuk operasional dan kebutuhan lainya Kakek yang hanya seorang penjaga makam dan kuli serabutan sangat kesulitan dan terpaksa harus minta tolong kesana kemari. 


Aku tidak ingin hanya berpangku tangan, meski di cegah aku memaksa untuk berjualan asongan di samping jalan, hasilnya aku kumpullan untuk biaya berobatku, meski seringkali kurang. 

Meskipun aku tak mampu bertahan terkena paparan sinar matahari, aku tetap tak ingin hanya berpangku tangan, dibawah Naungan atap yang cukup teduh aku menjajakan air mineral dan tisu di temani Neneku yang tak pernah mengeluh meski aku hanya bisa merepotkanya saja. Meski tak banyak yang membeli jualanku, namun sedikit rupiah yang ku dapat bisa aku kumpulkan untuk ongkosku pergi berobat. 

Pernah terbersit untuk menyerah, namun

Seiring berjalannya waktu. Perlahan-lahan aku mulai membangun kepercayaan diri dan keyakinanku. “Aku yakin aku bisa sembuh, aku harus bisa sembuh”. Itulah kalimat yang sering aku ucapkan untuk menguatkan diriku setiap hari.

Demi untuk dapat membahagiakan Nenek dan Kakek. 

Demikian sekelumit cerita yang kami dengar dari Adi. Seorang pejuang Kanker yang kami temui secara tidak sengaja saat ia tengah berjualan di samping Jalan. Impianya untuk bisa sembuh membawa begitu banyak Kekuatan untuknya tetap berusaha dan berjuang melawan kanker yang menggerogoti tubuhnya. 

Meski kisah hidupnya seakan dipenuhi penderitaan dan kesedihan. Namun ada asa yang begitu kuat yang terpancar darinya, Ia ingin sembuh dan mewujudkan mimpinya untuk membahagiakan Nenek dan Kakek. 

 

Insan Baik, jangan Biarkan Adi berjuang seorang diri, mari kita bersamai perjuanganya untuk sembuh dan menggapai mimpi-mimpinya. Segala dukungan do'a dan uluran tangan insan baik semua akan sangat berarti bagi Adi. 

 

Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan Adi terutama untuk pengobatan serta kebutuhan penunjangnya. Selain itu akan digunakan untuk implementasi program dan para penerima manfaat lainnya dibawah naungan dan pendampingan yayasan amal baik insani


Belum ada update
Dana terkumpul

Rp 0

dari target Rp 100.000.000

 
  • 0
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Campaign telah berakhir/selesai
Amal Baik Insani
Donasi
Ayobantu Indonesia
AyoBantu Galang Dana

Jadi fundraiser untuk campaign ini

Gabung

Demi bisa Berobat, Pejuang Kanker Berdagang Asongan di Tepi Jalan

Sosial
Dana terkumpul

Rp 0

 
Target: Rp Rp 100.000.000
  • 0
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Selesai
Campaign telah berakhir/selesai
19 July 2023

Namaku Adi Saputra, saat ini usiaku 22 tahun. Setelah kedua orangtuaku bercerai, aku tinggal dan dirawat oleh nenek dan kakeku sejak aku berusia delapan bulan.  kini kakek Nenek sudah semakin renta sering sakit-sakitan.


Keinginan terbesarku adalah membayar kebaikan dari nenek dan kakek yang telah mendampingiku selama ini. Saat aku lulus sekolah menengah atas, harapan besar timbul dalam diriku. “inilah saatnya aku membalas kebaikan mereka”. Itulah pikiran yang terbersit dalam benakku.


Namun semua harapan itu seakan sirna saat aku merasakan rasa sakit hebat di kepalaku, telingaku berdenging terus menerus. Nafasku terasa semakin berat hingga sering tidak sadarkan diri, dan kini aku mulai kesulitan untuk berbicara.

Sekuatnya Aku mencoba menahan rasa sakit itu, tidak ingin membuat mereka sedih, akupun berusaha menyembunyikannya dari keluargaku. Namun sayangnya tubuhku tak mampu lagi bertahan. Seluruh tubuhku bergetar, darahpun meluncur dari kedua hidungku seiring dengan rubuhnya tubuhku ini. 


Runtuh angan dan harapanku untuk membalas kebaikan Nenek dan Kakek saat aku mendengar vonis dokter. Aku divonis menderita Kanker Nasofaring. Ya Tuhan kasihan Nenek dan Kakek seharusnya mereka sudah aku bahagiakan namun kini aku hanya merepotkan mereka terus. 

Rasanya aku hanya menjadi beban bagi mereka sejak kecil. Sejak vonis dokter tersebut aku mulai menjalani proses Radioterapi dan Kemoterapi. Meski pengobatanku di cover BPJS, namun untuk operasional dan kebutuhan lainya Kakek yang hanya seorang penjaga makam dan kuli serabutan sangat kesulitan dan terpaksa harus minta tolong kesana kemari. 


Aku tidak ingin hanya berpangku tangan, meski di cegah aku memaksa untuk berjualan asongan di samping jalan, hasilnya aku kumpullan untuk biaya berobatku, meski seringkali kurang. 

Meskipun aku tak mampu bertahan terkena paparan sinar matahari, aku tetap tak ingin hanya berpangku tangan, dibawah Naungan atap yang cukup teduh aku menjajakan air mineral dan tisu di temani Neneku yang tak pernah mengeluh meski aku hanya bisa merepotkanya saja. Meski tak banyak yang membeli jualanku, namun sedikit rupiah yang ku dapat bisa aku kumpulkan untuk ongkosku pergi berobat. 

Pernah terbersit untuk menyerah, namun

Seiring berjalannya waktu. Perlahan-lahan aku mulai membangun kepercayaan diri dan keyakinanku. “Aku yakin aku bisa sembuh, aku harus bisa sembuh”. Itulah kalimat yang sering aku ucapkan untuk menguatkan diriku setiap hari.

Demi untuk dapat membahagiakan Nenek dan Kakek. 

Demikian sekelumit cerita yang kami dengar dari Adi. Seorang pejuang Kanker yang kami temui secara tidak sengaja saat ia tengah berjualan di samping Jalan. Impianya untuk bisa sembuh membawa begitu banyak Kekuatan untuknya tetap berusaha dan berjuang melawan kanker yang menggerogoti tubuhnya. 

Meski kisah hidupnya seakan dipenuhi penderitaan dan kesedihan. Namun ada asa yang begitu kuat yang terpancar darinya, Ia ingin sembuh dan mewujudkan mimpinya untuk membahagiakan Nenek dan Kakek. 

 

Insan Baik, jangan Biarkan Adi berjuang seorang diri, mari kita bersamai perjuanganya untuk sembuh dan menggapai mimpi-mimpinya. Segala dukungan do'a dan uluran tangan insan baik semua akan sangat berarti bagi Adi. 

 

Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan Adi terutama untuk pengobatan serta kebutuhan penunjangnya. Selain itu akan digunakan untuk implementasi program dan para penerima manfaat lainnya dibawah naungan dan pendampingan yayasan amal baik insani



Belum ada update

Harapan #TemanPeduli
Fundraiser
Gabung
Kamu juga bisa bantu:
@toastr_render